
Mau Shifting dari Dolar AS? Ini Pilihannya Biar Cuan

Jakarta, CNBC Indonesia - Investasi mata uang asing bisa menjadi pilihan, misalnya saja mata uang dolar. Namun di tengah situasi seperti saat ini, guncangan ekonomi akibat pandemi Covid-19 membuat dolar bukan satu-satunya mata uang yang bisa menjadi pilihan.
Head of Trading, Treasury and Markets, PT Bank DBS Indonesia, Ronny Setiawan mengatakan bagi pemilik dolar bisa berpindah menggunakan mata uang lain jika merasa tidak ingin menyimpan rupiah.
"Saya pikir yang punya dolar bisa shifting keluar, karena dolar masih tinggi. Kalau nggak mau pegang rupiah boleh misal ke yuan, euro, dolar Australia," ujarnya saat DBS eTalk Series "Finding Opportunities Amidst Ongoing Economic Recovery and Sustainable Consumerism" di Jakarta, Rabu (26/8/2020).
Menurutnya, ketiga mata uang tersebut menjanjikan. Mata uang yuan misalnya, Negeri Tirai Bambu, China dinilai masih memiliki power. Terbukti dengan performa China dalam mengatur perekonomiannya.
"Selanjutnya euro, kenapa karena jika itu terjadi euro akan menikmati itu juga. Selanjutnya kalau China dan Amerika Serikat berantem banyak yang lari ke perusahaan Eropa. Dolar Australia kalau emas bagus, akan larinya ke dolar Australia," terangnya.
Namun menurutnya, rupiah tak bisa dipandang sebelah mata. Dia menyebut percaya dengan diversifikasi yang terjadi pada mata uang rupiah. "Kalau untuk bonds jangka panjang 20 tahun potensi demand tinggi," terangnya lagi.
Dia tak menampik jika banyak yang meremehkan rupiah, karena dipantau terus mengalami pelemahan. Padahal, anggapan tersebut menurutnya tidak sepenuhnya benar.
"Orang menganggap rupiah melemah terus ini yang salah. Yang harus dilihat return, berapa bunga rupiah dan berapa bunga dolar," ujarnya.
Dia mengatakan, untuk simpanan dalam bentuk dolar tak akan ada bunga yang diperoleh alias nol persen. Namun sebaliknya jika menyimpan mata uang dalam bentuk rupiah.
"Tapi kalau di rupiah bisa deposito, 7%. Average 10 tahun 3,98%. Jadi kita lihat, rupiah 3,98% interest 6-7% long term masih better pegang rupiah," tegasnya.
Terkait dengan pelemahan rupiah yang sempat menyentuh level tertinggi mencapai Rp 16 ribu, dia menyebut itu hanya sementara. Sebab, setelah itu rupiah pelan-pelan menguat. Bahkan dia memperkirakan dolar bisa turun ke Rp 14 ribu hingga akhir tahun.
"Ada something going on, dolar tetep akan melemah. Opportunity lebih ada di rupiah," pungkasnya.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Peran Dolar AS di Pasar Global Makin Tergerus, Ini Buktinya!