
Smelter HPAL Vale-Sumitomo Ditargetkan Mulai Konstruksi 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Vale Indonesia Tbk (INCO), perusahaan tambang nikel asal Brazil yang kini 20% sahamnya telah dimiliki Mining Industry Indonesia (MIND ID), menargetkan bisa mulai mengerjakan pembangunan fisik atau konstruksi smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pomalaa, Sulawesi Tenggara pada 2021.
Hal ini disebutkan Direktur Keuangan Vale Indonesia Bernardus Irmanto saat konferensi pers usai melakukan Public Expose secara virtual pada Rabu (26/08/2020).
Bernardus mengatakan proses konstruksi itu bisa dimulai setelah perusahaan menuntaskan sejumlah persyaratan teknis dan komersial bersama dengan Sumitomo Metal Mining Co Ltd (SMM) sebagai mitra dalam proyek smelter HPAL ini.
Saat ini kedua perusahaan menurutnya terus berdiskusi dan melakukan kegiatan untuk bisa mencapai kesepakatan investasi akhir (Final Investment Decision/ FID).
"Kami sedang menyelesaiakan semua hal itu. Kami harap semua persyaratan selesai pada semester I tahun dapan. Vale dan Sumitomo bisa selesaikan syarat. Dan selanjutnya, konstruksi bisa dimulai," tuturnya.
Dia mengatakan, pihaknya telah memperoleh izin Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Sedangkan untuk Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) sedang dalam proses.
"(Dokumen) IPPKH sudah kami lengkapi. Mudah-mudahan dalam waktu dekat juga kami dapatkan," ujarnya.
Untuk pembuangan limbah dari smelter HPAL ini, menurutnya perusahaan dan mitra sudah berkomitmen untuk tidak membuangnya ke bawah laut. Hal ini sejalan dengan nilai dari kedua perusahaan untuk ikut berkontribusi dalam melestarikan lingkungan.
"PT Vale sangat concern (peduli) pada dampak lingkungan, begitu juga dengan Sumitomo punya value (nilai) yang sama. Pabrik ini tidak akan membuang limbah ke laut. Ini sudah keputusan final," tuturnya.
Namun demikian, di tengah kondisi pandemi Covid-19 ini dia mengaku ini akan membuat segala proses, termasuk proses perizinan dan survei mikro akan terkendala. Pasalnya, mobilitas dan penerbangan terganggu. Namun demikian, dia tetap meyakini pemerintah, termasuk Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) terus mendukung pengembangan proyek ini.
Selain proyek smelter HPAL di Pomalaa, Vale kini juga berencana membangun smelter feronikel di Bahodopi, Sulawesi Tengah dengan calon mitra berasal dari China.
Kedua proyek smelter ini menurutnya akan menjadi fokus perusahaan terutama setelah masuknya MIND ID menjadi pemegang saham 20% Vale Indonesia pada 19 Juni lalu.
Seperti diketahui, pada 19 Juni 2020 pemegang saham mayoritas Vale Indonesia yaitu Vale Canada Limited (VCL) dan Sumitomo Metal Mining Co., Ltd. (SMM) menandatangani Perjanjian Jual Beli Saham (Shares Purchase Agreement) dengan MIND ID. Hal ini menandai telah resminya MIND ID memiliki 20% saham di PT Vale Indonesia.
Dalam penjualan 20% saham divestasi ini, VCL akan melepas sahamnya sebesar 14,9% dan SMM sebesar 5.1% seharga Rp 2.780 per saham atau senilai total Rp 5,52 triliun. Transaksi penjualan ini ditargetkan akan selesai pada akhir tahun 2020.
Setelah selesainya transaksi, kepemilikan saham di Vale Indonesia akan berubah menjadi VCL 44,3%, MIND ID 20%, SMM 15%, dan publik 20.7%.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investasi Vale Tahun Ini Diperkirakan Turun Hingga 34%