
Mantap! Vale Bangun Tiga Smelter Nikel Senilai Rp 74 Triliun

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) tengah fokus menggarap tiga proyek smelter nikel dengan total investasi mencapai US$ 5 miliarĀ atau sekitar Rp 74 triliun (asumsi kurs Rp 14.800 per US$).
Deputy CEO PT Vale Indonesia Febriany Eddy mengatakan tiga proyek smelter nikel tersebut antara lain smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, smelter feronikel di Bahodopi, Sulawesi Tengah, dan proyek ekspansi smelter yang telah ada di Sorowako, Sulawesi Selatan.
Smelter Bahodopi direncanakan akan bermitra dengan perusahaan China dan menghasilkan produk feronikel yang akan masuk ke pasar stainless steel. Sementara proyek Pomalaa merupakan smelter high pressure acid leach (HPAL) yang akan bermitra dengan perusahaan Jepang yakni Sumitomo Metal Mining Co. Ltd (SMM) dan menghasilkan produk untuk bahan baku baterai kendaraan listrik.
Sedangkan smelter ekspansi di Sorowako untuk menambah kapasitas produksi nickel matte sebesar 10.000 ton per tahun dari saat ini sekitar 73.000 ton per tahun.
"Jadi, secara umum ada tiga proyek, di mana dua berbentuk green field dan satu brown field. Total investasinya mencapai US$ 5 miliar," paparnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Rabu (14/10/2020).
Menurutnya, tiga proyek besar ini akan menjadi fokus Vale dalam beberapa tahun ke depan, termasuk untuk memastikan eksekusi dan keberhasilan proyek. Untuk dua proyek smelter Pomalaa dan Bahodopi menurutnya Vale bakal menjadi pemegang saham minoritas dan besarannya masih dinegosiasikan dengan mitra.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa neraca keuangan Vale saat ini dalam kondisi baik, tidak ada utang sama sekali, sehingga tidak perlu terlalu khawatir mengenai kebutuhan investasi untuk projek ini. Jumlah kas Vale saat ini menurutnya berjumlah sekitar US$ 300-400 juta.
Untuk memenuhi kebutuhan investasi tersebut, maka menurutnya akan diambil dari kas dan juga pinjaman.
"Kalau dilihat, projek ini kami akan jadi (pemegang saham) minoritas, jadi proses financing akan lebih banyak didorong oleh pemegang saham mayoritas. Project financing porsi kami jelas besar juga, maka arus kas kami jaga beberapa tahun terakhir ini supaya ketika sudah goal, cukup financing yang dibutuhkan," ungkapnya.
Dia pun optimis tiga projek ini akan berdampak besar bagi Vale ke depan. Saat ini produksi nikel di Sorowako, Sulawesi Selatan mencapai 70-80 ribu ton. Lalu ditargetkan akan naik sekitar 10 ribu ton per tahun. Lalu untuk proyek smelter di Bahodopi, Sulawesi Tengah tidak jauh beda di kisaran 70-an ribu ton, dan Pomalaa, Sulawesi Tenggara sekitar 40-an ribu ton per tahun.
"Pomalaa akan sekitar 40-an ribu ton karena memang barangnya beda ya, untuk baterai. Porsi kita minoritas, masih dinegosiasikan. Kalau dilihat, skalanya akan besar lah dampaknya ke PT Vale di kemudian hari," tegasnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Smelter HPAL Vale-Sumitomo Ditargetkan Mulai Konstruksi 2021