
Yes! Kurs Dolar Singapura Turun ke Level Terendah 2 Pekan

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura melemah cukup tajam di awal perdagangan Selasa (25/8/2020) hingga menyentuh level terlemah dalam 2 pekan terakhir.
Mata uang Negeri Merlion ini ini juga sudah melemah dalam 2 hari perdagangan terakhir.
Melansir data Refinitiv, dolar Singapura pagi tadi melemah 0,72% ke Rp 10.625,87/SG$. Level tersebut merupakan yang terendah sejak 11 Agustus lalu.
Jika hari ini dolar Singapura kembali berakhir di zona merah, artinya pelemahan terjadi dalam 4 dari 5 perdagangan terakhir, dan itu menjadi kabar bagus mengingat dolar Singapura dalam tren menanjak sejak awal Juni lalu.
Rupiah mendapat momentum penguatan sejak pekan lalu. Pada Selasa (18/8/2020) pekan lalu, Bank Indonesia (BI) merilis data defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) di kuartal II-2020 menyempit menjadi US$ 2,9 miliar atau setara 1,2% dari produk domestik bruto (PDB), dari kuartal sebelumnya 1,4% dari PDB.
Membaiknya defisit transaksi berjalan menjadi faktor yang begitu krusial dalam mendikte laju rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil.
Sehari setelahnya, BI dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) sekali lagi memberikan sinyal suku bunga acuan tidak akan dipangkas lagi. Dengan demikian, imbal hasil investasi di dalam negeri masih relatif tinggi dan mampu menarik modal asing masuk.
Tantangan bagi rupiah untuk menaklukan lagi dolar Singapura cukup berat, pada pukul 10:40 WIB pelemahannya sudah berhasil dipangkas menjadi 0,21% saja di Rp 10.680,39/SG$.
Dolar Singapura memang sedang kuat-kuatnya, salah satu penyebabnya yakni stimulus fiskal yang digelontorkan pemerintahnya guna menanggulangi pandemi penyakit virus corona (Covid-19) dan membangkitkan kembali perekonomian.
Salah satu penyebab penguatan dolar Singapura adalah stimulus fiskal yang digelontorkan pemerintahnya, guna meredam penyebaran pandemi penyakit virus corona (Covid-19), serta membangkitkan lagi perekonomian yang mengalami resesi.
Pada pekan lalu, Menteri Keuangan Singapura Heng Swee Keat kemarin mengumumkan paket stimulus senilai SG$ 8 miliar (US$ 5,8 miliar) untuk dunia usaha dan pekerja. Stimulus tersebut akan ditunjukkan untuk melanjutkan subsidi gaji pekerja, membantu industri aviasi, serta sektor hospitality.
Dengan tambahan tersebut, jumlah stimulus yang digelontorkan Pemerintah Singapura mencapai SG$ 100 miliar.
Singapura berbeda dengan negara maju lainnya yang harus membiayai stimulus fiskal dengan berhutang, menaikkan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB).
Singapura mampu membiayai pengeluaran fiskal berkat surplus anggaran yang dimiliki selama bertahun-tahun.
"Kemampuan untuk menggunakan cadangan fiskal yang besar dari surplus anggaran selama bertahun-tahun jelas merupakan keuntungan bagi Singapura," kata Vishnu Varathan, kepada ekonom dan strategi di Mizuho Bank, sebagaimana dilansir Bloomberg News.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah
