
Josss Gandhosss, Rupiah Menguat 1% Lebih di Kurs Tengah BI!

Rupiah dkk di Asia mampu memanfaatkan tekanan yang kunjung lepas dari dolar AS. Pada pukul 09:09 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,13%.
Dalam sebulan terakhir, Dollar Index sudah terpangkas 1,33%. Selama tiga bulan ke belakang, pelemahannya mencapai 5,79%.
Investor masih melepas dolar AS karena rendahnya imbal hasil investasi di instrumen berbasis mata uang ini, terutama di aset berpendapatan tetap (fixed income) seperti obligasi. Pada pukul 09:15 WIB, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun berada di 0,6688%.
Sejak pertengahan Agustus, yield instrumen ini turun 47,2 basis poin (bps). Secara year-to-date, yield anjlok 124,12 bps.
Pada Juli 2020, inflasi Negeri Adikuasa tercatat 1% year-on-year (YoY). Dengan demikian, keuntungan riil (setelah dikurangi inflasi) dari memegang obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun adalah -0,33%. Memiliki US Treasury Bond bukannya untung malah buntung.
Imbal hasil yang berada di teritori negatif itu membuat investor merasa tidak ada insentif untuk membeli surat utang pemerintahan Presiden Donald Trump. Aksi jual pun melanda pasar obligasi AS sehingga mempengaruhi nilai tukar mata uang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
