
Rabobank: Beberapa Bulan Lagi, Dolar Australia Akan Melemah

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah maupun dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (24/8/2020). Meski demikian, dalam beberapa bulan ke depan mata uang Negeri Kanguru diramal akan berbalik melemah.
Pada pukul 12:52 WIB, AU$ setara Rp 10.602,54, dolar Australia menguat 0,12% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara melawan dolar AS, di waktu yang sama menguat 0,08% ke US$ 0,7167.
Dolar Australia kini berada di dekat level tertinggi sejak November 2018 melawan rupiah, sementara melawan dolar AS di dekat level tertingi sejak Februari 2019.
Dolar Australia mulai dalam tren menguat sejak pertengahan Maret lalu, hingga hari ini tercatat sudah menguat 20,87% melawan rupiah dan 25% melawan dolar AS.
Meski demikian, Rabobank meramal dalam beberapa bulan ke depan, dolar Australia akan kembali melemah. Sebabnya, bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) yang diprediksi mulai tak nyaman dengan penguatan mata uangnya, khususnya melawan dolar AS.
"RBA kemungkinan tidak akan nyaman lagi dengan penguatan dolar Australia akibat risiko yang ditimbulkan ke perekonomian," kata Jane Foley, ahli strategi mata uang senior di Rabobank, sebagaimana dilansir Poundsterlinglive.com.
Penguatan dolar Australia berarti harga produk ekspor akan menjadi semakin mahal, permintaannya berisiko menurun dan akan memukul perekonomian.
Kenaikan harga komoditas serta sikap RBA menjadi pemicu penguatan Mata Uang Kanguru dalam beberapa bulan terakhir.
"Dalam kasus tersebut, dolar Australia berpotensi terkoreksi melawan dolar AS," kata Foley.
Ketika dolar Australia melemah melawan dolar AS, maka melawan rupiah juga kemungkinan akan melemah.
Bijih besi, komoditas ekspor utama Australia, berkontribusi sekitar 15% dari total ekspor mencapai level tertinggi 1 tahun di awal bulan ini.
Jika melihat ke belakangan, sejak bulan April hingga pekan lalu, bijih besi mencatat kenaikan lebih dari 45%. Pada periode yang sama, dolar Australia berada dalam tren menanjak.
Sementara itu RBA yang tidak mempermasalahkan posisi nilai tukar dolar Australia juga membuat harganya makin melambung.
Pada 22 Juli lalu, nilai tukar dolar Australia melawan dolar AS berada di atas US$ 0,7 dan berada di dekat level tertinggi 6 bulan. Gubernur Lowe saat berbicara di hari itu mengatakan posisi nilai tukar dolar Australia sudah sesuai dengan fundamentalnya.
Dolar Australia menguat merespon pernyataan tersebut, saat ini berada di atas US$ 0,71, bahkan mendekati US$ 0,72.
Nilai tukar dolar Australia dikatakan sesuai dengan fundamentalnya, artinya RBA tidak mengharapkan dolar Australia akan melemah untuk membantu perekonomian.
Kala dolar Australia melemah, maka produk dari Negeri Kanguru akan lebih murah, sehingga ekspor berpotensi meningkat. Tetapi, sekali lagi RBA melihat nilai tukar dolar Australia saat ini sudah membantu pemulihan ekonomi, sehingga tak perlu lebih rendah lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah
