Internasional

Duh! Dividen Global Jatuh, Terendah Sejak Krisis 2009

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
24 August 2020 10:45
Mata Uang Dolar, Peso, Euro (AP)
Foto: Mata Uang Dolar, Peso, Euro (AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis virus corona (Covid-19) akan membuat perusahaan-perusahaan terbesar dunia memangkas pembayaran dividen antara 17%-23% tahun ini atau setara sekitar US$ 400 miliar, menurut sebuah laporan baru oleh fund manager Janus Henderson.

Menurut perhitungan Janus Henderson, pembayaran dividen global turun US$ 108 miliar menjadi US$ 382 miliar pada kuartal kedua tahun ini. Angka penurunan itu setara sekitar 22% secara tahunan atau year-on-year (YoY), dan akan menjadi yang terburuk sejak setidaknya 2009.

Lembaga itu mencatat bahwa hampir semua kawasan memberikan pembayaran yang lebih rendah kecuali Amerika Utara, di mana Kanada menjadi salah satu negara yang masih tangguh dalam pembayarannya. Secara global, 27% perusahaan memotong dividen mereka. Sementara di Eropa, yang terkena dampak paling parah dari krisis kesehatan, sebanyak lebih dari 50% perusahaan memotong dividen dan dua pertiga di antaranya membatalkan pembayaran secara langsung.

"Tahun 2020 akan menjadi tahun terburuk untuk dividen global sejak krisis keuangan global," kata Janus Henderson dalam laporan yang diterbitkan pada Senin (24/8/2020).

"Kami sekarang memperkirakan dividen global utama turun 17% dalam skenario kasus terbaik, membayar US$ 1,18 triliun ... Skenario terburuk kami memperkirakan pembayaran turun 23% menjadi US$ 1,10 triliun."

Perincian pembayaran di berbagai sektor juga menunjukkan beberapa perbedaan besar, menurut laporan itu, sebagaimana disampaikan Reuters. Bank dan perusahaan keuangan lain yang telah diperintahkan oleh Bank Sentral Eropa (ECB) untuk berhenti membayar dividen, misalnya. Mereka menyumbang setengah dari 45% pengurangan dalam penurunan dividen Eropa di Q2, yang angkanya telah turun menjadi US$ 77 miliar.

Penambang dan perusahaan minyak juga telah terpukul parah oleh kemerosotan harga komoditas dan perusahaan-perusahaan yang memiliki kebijakan konsumen mengalami gangguan operasi oleh langkah penguncian (lockdown). Akibatnya, pembayaran dividen mereka juga jauh lebih rendah.

Sebaliknya, dividen perusahaan teknologi dan telekomunikasi dan perawatan kesehatan relatif tidak terpengaruh, dengan dividen masing-masing naik 1,8% dan 0,1% pada basis yang mendasarinya.

Di sektor teknologi, Microsoft dan Apple masuk ke dalam sepuluh besar pembayar dividen dunia, untuk pertama kalinya tahun ini. Daftar itu masih dipimpin oleh Nestle.

"Tren dividen mencerminkan tren di masyarakat dan pasar saham saat ini," kata kepala pendapatan ekuitas global Janus Henderson, Ben Lofthouse.

"Mungkin kita akan melihat peningkatan dari beberapa bagian di sektor teknologi," tambahnya. "Ada banyak neraca yang sangat kuat di area itu."

Ke depan, kata dia, beberapa faktor kunci akan menentukan seberapa kuat pemulihan dividen nantinya.

Salah satu faktor paling kuat adalah perkembangan wabah asal Wuhan, China itu. Juga, upaya-upaya yang dilakukan perusahaan AS akhir tahun ini dan keputusan di awal tahun depan soal apakah bank-bank Eropa bisa memulai kembali pembayaran mereka.

"Pertanyaan besar bagi AS adalah apa yang akan terjadi pada kuartal keempat. Jika banyak perusahaan melakukan pemotongan dividen yang signifikan, pembayaran akan ditetapkan pada tingkat yang lebih rendah hingga menjelang akhir 2021."


(res/res)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BUMN Mulai Setor Cuan Dividen Ke Pemerintah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular