Sebelumnya Bak Roller Coaster, Pekan Ini CPO Mendatar

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 August 2020 11:05
Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). Badan Pusat Statistik BPS  mengumumkan neraca Perdagangan (Ekspor-impor) Pada bulan Februari, nilai ekspor mencapai US$ 12,53 miliar, atau turun 11,33% dari tahun sebelumnya (YoY). Nilai ekspor minyak sawit sepanjang Januari-Februari 2019 hanya mencapai US$ 2,94 miliar, yang artinya turun 15,06% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) melemah tipis di pekan ini akibat potensi naiknya tingkat produksi serta anjloknya ekspor dari Malaysia.

Melansir data Refinitiv, sepanjang pekan ini hanya CPO melemah 0,15% ke 2.681 ringgit (RM) per ton. Meski demikian, CPO masih belum jauh dari level tertinggi 6 bulan RM 2.808/ton yang dicapai pada 4 Agustus lalu. Sejak mencapai level tersebut hanya minyak nabati ini bergerak sideways.

Harga CPO bergerak bagai roller coaster sepanjang tahun ini. Pada pertengahan Januari lalu, CPO mencapai level tertinggi 3 tahun di RM 3.150/ton, tetapi setelahnya terjun ke 38,44% ke RM 1.939/ton pada 6 Mei lalu. Level tersebut merupakan yang terendah sejak Juli 2019.

Setelah mencapai level terendah 10 bulan tersebut, CPO kembali melesat naik 44,81% ke RM 2.808/ton pada 4 Agustus lalu.

Pandemi penyakit virus corona (Covid-19) menjadi pemicu utama pergerakan roller coaster tersebut. Guna meredam penyebaran virus corona, banyak negara menerapkan kebijakan karantina (lockdown) sehingga roda bisnis menjadi menurun bahkan nyaris mati suri. Akibatnya permintaan CPO pun menurun, harganya menjadi merosot.

Sementara selepas Mei, negara-negara mulai melonggarkan lockdown, perekonomian China yang merupakan asal virus corona mulai bangkit, permintaan CPO pun perlahan naik lagi. China merupakan salah satu konsumen CPO terbesar di dunia, sehingga ketika perekonomiannya bangkit memberikan dampak yang besar.

Di pekan ini, para trader juga mengkhawatirkan potensi kenaikan output mengingat sudah masuk puncak produksi di Malaysia. Hanya saja faktor berupa ketersediaan tenaga kerja menjadi tantangan lain.

Produsen minyak sawit Malaysia sedang melakukan upaya rekrutmen untuk mempekerjakan penduduk setempat dan mempercepat mekanisasi industri saat mereka bergulat dengan kekurangan tenaga kerja asing yang parah akibat pandemi virus corona.

Reuters melaporkan, jelang puncak musim produksi September-November, perusahaan memasang spanduk di dekat perkebunan dan memasang iklan pekerjaan online yang membanggakan perumahan gratis, air gratis, dan fasilitas kehidupan perkebunan lainnya untuk memikat pekerja.

Larangan perjalanan dan mobilitas publik telah membuat produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia itu mengalami kekurangan 37.000 pekerja, hampir 10% dari total tenaga kerja.

Sementara itu, surveyor kargo dari Intertek Testing Service melaporkan ekspor Malaysia periode 1 sampai 20 Agustus anjlok 18,2% menjadi 946.338 ton, dibandingkan periode yang sama bulan Juli 1.157.020 ton.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Setelah 'Hancur-Hancuran', Harga CPO Akhirnya Naik Nyaris 3%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular