
Rupiah Ngamuk! Tak Tanggung-tangung, 3 Dolar Dilibas Semuanya

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah akhirnya bangkit pada perdagangan Rabu (19/8/2020), tak tanggung-tanggung dolar Amerika Serikat (AS), Singapura, dan Australia dilibas sekaligus.
Selain karena faktor teknikal, kebangkitan Mata Uang Garuda juga ditopang defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang menipis.
Melansir data Refinitiv pada pukul 11:00 WIB, rupiah menguat 0,37% melawan dolar AS di Rp 14.775/US$. Di pembukaan perdagangan, rupiah bahkan langsung melesat 0,88%.
Maklum saja, sebelumnya rupiah sudah melemah 6 hari beruntun, bahkan kemarin mencapai level terlemah sejak 18 Mei. Rupiah pun "ngamuk" akibat koreksi teknikal.
Di saat yang sama, rupiah menguat 0,46% melawan dolar Singapura ke Rp 10.816,25/SG$ dan 0,45% melawan dolar Australia ke Rp 10.689,71/AU$. Sebelumnya kedua mata uang ini dibuat melemah 0,93% dan 0,99%.
Untuk diketahui, kurs dolar Singapura kemarin mencapai level tertinggi sejak akhir April, sementara dolar Australia termahal sejak November 2018, sehingga lagi-lagi koreksi teknikal yang membuat 2 dolar ini melemah.
Neraca Pembayaran atau Balance of Payment (BOP) Indonesia pada kuartal II-2020 mencatat surplus setelah defisit di kuartal sebelumnya. Penurunan defisit transaksi berjalan (CAD) dan surplus transaksi modal dan finansial (TMF) menjadi pemicunya.
Bank Indonesia (BI) mencatat neraca pembayaran Indonesia pada periode April-Juni 2020 surplus US$ 9,2 miliar. Surplus ini merupakan yang tertinggi sejak kuartal kedua tahun 2011 atau sembilan tahun silam.
Defisit transaksi berjalan sebesar US$ 2,9 miliar atau setara 1,2% dari produk domestik bruto (PDB), membaik dari kuartal sebelumnya 1,4% dari PDB. Defisit di kuartal II-2020 menjadi yang paling kecil sejak kuartal I-2017.
Membaiknya defisit transaksi berjalan menjadi faktor yang begitu krusial dalam mendikte laju rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil.
Komponen NPI lainnya, TMF berisikan aliran modal dari investasi portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money, dan pergerakannya sangat fluktuatif.
Surplus transaksi modal dan finansial pada April-Juni tercatat sebesar US$ 10,5 miliar (4,3% dari PDB), berbalik arah dari defisit US$ 3,0 miliar (1,1% dari PDB) pada kuartal I-2020.
Tetapi arus modal dapat datang dan pergi dalam waktu singkat, sehingga berdampak pada stabilitas rupiah.
Lihat saja bagaimana rupiah ambrol pada bulan Maret, saat itu rupiah menyentuh level Rp 16.620/US$, terlemah sejak krisis moneter 1998. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang bulan Maret terjadi capital outflow sebesar Rp 121,26 triliun di pasar obligasi, total kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) menjadi Rp 926,91 triliun per 31 Maret.
Sehingga posisi transaksi berjalan menjadi krusial bagi ketangguhan rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS