
Jelang Rilis Data Ekspor, Harga CPO Betah di Level RM 2.700

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Negeri Jiran menguat cukup signifikan pada perdagangan hari ini, Rabu (19/8/2020). Kenaikan harga CPO terjadi jelang rilis data ekspor minyak sawit Malaysia.
Pada 10.33 WIB, harga CPO untuk kontrak pengiriman November 2020 di Bursa Malaysia Derivatif Exchange menguat 1,18% ke RM 2.743/ton. Sejak perdagangan kemarin, harga CPO kembali ke atas RM 2.700/ton lagi.
Kenaikan harga CPO hari ini dipicu oleh dua sentimen utama yakni jelang rilis data ekspor dan menguatnya harga minyak nabati substitusi lainnya. Perusahaan surveyor kargo dijadwalkan merilis data ekspor periode 1-20 Agustus besok.
Namun besok bertepatan dengan Tahun Baru Islam sehingga menjadi hari libur nasional Negeri Jiran. Apabila berkaca pada 15 hari pertama bulan ini, ekspor minyak sawit Malaysia mengalami kontraksi 16,5% dibanding bulan sebelumnya.
Data perusahaan surveyor kargo Intertek Testing Services (ITS) menunjukkan ekspor minyak sawit Negeri Jiran pada periode 1-15 Agustus sebesar 694.402 ton dari bulan Juli yang tercatat mencapai 831.155 ton.
Penguatan harga CPO juga senada dengan pergerakan harga minyak nabati lainnya. Harga minyak kedelai kontrak yang paling aktif ditransaksikan di bursa Dalian hari menguat 0,71% sementara untuk kontrak minyak sawitnya sendiri menguat 0,39%.
Saat ini para trader juga mengkhawatirkan potensi kenaikan output mengingat sudah masuk puncak produksi di Malaysia. Hanya saja faktor berupa ketersediaan tenaga kerja menjadi tantangan lain.
Produsen minyak sawit Malaysia sedang melakukan upaya rekrutmen untuk mempekerjakan penduduk setempat dan mempercepat mekanisasi industri saat mereka bergulat dengan kekurangan tenaga kerja asing yang parah akibat pandemi virus corona.
Reuters melaporkan, jelang puncak musim produksi September-November, perusahaan memasang spanduk di dekat perkebunan dan memasang iklan pekerjaan online yang membanggakan perumahan gratis, air gratis, dan fasilitas kehidupan perkebunan lainnya untuk memikat pekerja.
Larangan perjalanan dan mobilitas publik telah membuat produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia itu mengalami kekurangan 37.000 pekerja, hampir 10% dari total tenaga kerja.
Di sisi lain cuaca yang buruk hingga faktor kekeringan panjang yang melanda kawasan RI dan Malaysia pada 2019 membuat perawatan tanaman tak optimal sehingga output dari Indonesia mengalami penurunan 9% (yoy) pada semester I-2020 menjadi 23,5 juta ton dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai 25,88 juta ton.
Pada akhirnya faktor masih kurangnya tenaga kerja ini diperkirakan mampu mengimbangi potensi kenaikan output secara musiman sehingga risiko penurunan harga CPO yang signifikan dapat diminimalkan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ngikutin Minyak Nabati Lainnya, Harga CPO Melesat 1% Lebih