
Terungkap! Ini Modal BRI untuk Bangkit

Jakarta, CNBC Indonesia- Meskipun mengalami penurunan laba pada Semester I-2020, namun PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) memiliki modal yang kuat untuk bangkit yang tercermin dari likuiditas yang longgar serta modal yang kuat.
Pada paparan kinerja semester I-2020, BRI mencatatkan rasio loan to deposits ratio (LDR) di level 85,78%, jauh lebih longgar dibandingkan dengan semester I-2019 yang tercatat 93,09%.
"Hal ini mencerminkan masalah likuidtas rasanya bukan menjadi masalah atau tantangan yang berarti karena bank memiliki likuiditas, dan itu masih dalam range ideal," ujar Direktur Utama BRI Sunarso, Rabu (19/8/2020).
Selain itu, BRI juga mencatatkan rasio modal (capital adequacy ratio/CAR) di 19,83%. Meski turun dibandingkan dengan setahun lalu yang tercatat di 20,77%, namun CAR ini masih kuat dibandingkan dengan syarat minimum permodalan bank.
"Artinya masih sangat kondusif cukup dan mumpuni mendorong pertumbuhan kredit dan ekspansi untuk mencover risiko kalau ada sesuatu kedepannya. Kita mengelola risiko dengan baik cukup untuk mendorong pertumbuhan dan mencover risiko kredit ke depannya," ujarnya.
Sebagai informasi BRI mencatatkan laba bersih konsolidasi sepanjang semester I-2020 sebesar Rp 10,18 triliun, atau turun 36,88% dari periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp 16,13 triliun.
Adapun laba bersih entitas induk yang digabung dengan kepentingan non pengendali Bank BRI mencapai Rp 10,20 triliun, juga turun 36,88% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 16,16 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan publikasi di media, tercatat pendapatan bunga dan syariah bersih serta pendapatan premi mencapai Rp 37,09 triliun, turun 7,36% dari periode yang sama tahun lalu Rp 40,04 triliun.
Adapun aset per Juni 2020 tercatat sebesar Rp 1.387,76 triliun, turun 2,04% dari posisi aset per Desember yakni Rp 1.416,76 triliun.
Sementara itu, penyaluran kredit mencapai Rp 886,91 triliun pada periode 6 bulan pertama tahun ini, turun 1,07% dari periode yang sama tahun lalu Rp 877,44 triliun.
Dana pihak ketiga (DPK) yang terdiri dari giro, tabungan dan simpanan berjangka, mencapai Rp 1.044,97 triliun per Juni 2020. Jumlah itu terdiri dari giro Rp 180,10 triliun, tabungan Rp 409,64 triliun, dan simpanan berjangka Rp 455,22 triliun.
Jumlah DPK tersebut naik 5,82% dari posisi Desember tahun lalu sebesar Rp 987,41 triliun, terdiri dari giro Rp 168,82 triliun, tabungan Rp 405,35 triliun dan simpanan berjangka Rp 413,22 triliun.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Web Pasar BRI, Inovasi Dorong Aktivitas Penjual & Pembeli