Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Sejumlah sentimen eksternal membuat rupiah masuk jalur merah.
Pada Rabu (12/8/2020), US$ 1 dihargai Rp 14.630 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah tipis 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Seiring perjalanan pasar, rupiah semakin lemas. Pada pukul 09:05 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.640 di mana rupiah melemah 0,14%.
Kemarin, rupiah mengakhiri perdagangan pasar spot dengan depresiasi 0,21% di hadapan greenback. Tidak hanya melemah, rupiah pun jadi mata uang terlemah di Asia.
Akhir-akhir ini rupiah memang cenderung melemah. Dalam sebulan terakhir, rupiah melemah 1,88% secara point-to-point. Padahal seluruh mata uang Asia menguat, hanya rupiah yang melemah sendirian.
Dolar AS sedang dalam tren pemulihan. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,86%. Pada pukul 08:22 WIB, indeks ini menguat 0,06%.
Mata uang Negeri Paman Sam mendapat angin akibat lelang obligasi pemerintah yang semarak. Hari ini, pemerintahan Presiden Donald Trump akan melelang US Treasury Bond dengan target indikatif US$ 38 miliar. Ini adalah rekor tertinggi sepanjang masa.
Tertarik dengan lelang tersebut, investor memburu dolar AS untuk kemudian ditukar dengan obligasi pemerintah. Permintaan dolar AS meningkat, nilai tukarnya pun menguat.
Selain itu, investor (dan dunia) juga mencemaskan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Sejumlah negara yang awalnya berhasil mengendalikan virus tersebut kini kembali 'kebobolan'.
Misalnya Selandia Baru. Negeri Kiwi sudah lebih dari tiga bulan tidak mencatatkan kasus penularan domestik, tetapi sekarang muncul lagi.
Kejadian ini membuat Perdana Menteri Jacinda Ardern kembali memberlakukan karantina wilayah (lockdown) di ibu kota Auckland. "Jika lockdown hanya berlaku selama tiga hari, maka dampaknya terhadap ekonomi relatif kecil," sebut Joseph Capurso, Ekonom Commonwealth Bank of Australia, dalam risetnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA