
Indeks Dolar AS Sudah Merah Lagi, Rupiah kok Belum Menguat?

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Selasa (11/8/2020), melanjutkan kinerja negatif awal pekan kemarin.
Pergerakan hari ini juga mirip dengan Senin kemarin, rupiah menguat di pembukaan perdagangan, tetapi kurang dari 1 jam sudah masuk ke zona merah.
Berdasarkan data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan di level Rp 14.575/US$, menguat 0,1%. Setelahnya rupiah langsung bablas ke Rp 14.635/US$, melemah 0,31%. Posisi rupiah sedikit membaik, berada di level Rp 14.630/US$ atau melemah 0,27% pada pukul 12:00 WIB.
Indeks dolar AS yang pagi tadi menguat membuat rupiah tertekan, tetapi pada tengah hari indeks yang menjadi tolak ukur kekuatan dolar AS tersebut masuk ke zona merah. Sayangnya rupiah belum mampu bangkit.
Sebelum hari ini, indeks dolar AS yang sebelumnya berada di level terendah lebih dari 2 tahun berhasil bangkit dan menguat 2 hari beruntun. Total penguatannya sebesar 0,86%, sementara pagi ini sudah naik 0,15%, sebelum melemah 0,04% di 93,541.
Penguatan indeks dolar dimulai pada Jumat pekan lalu setelah rilis data tenaga kerja AS yang apik. Salah satu data yang bagus yakni rata-rata upah per jam juga mengalami kenaikan 0,2% di bulan Juli setelah menurun dalam 2 bulan beruntun.
Kembali naiknya rata-rata upah dapat meningkatkan belanja rumah tangga yang merupakan tulang punggung perekonomian AS. Belanja rumah tangga berkontribusi sekitar 70% terhadap produk domestic bruto (PDB) AS.
Ditambah lagi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menandatangani empat perintah eksekutif pada Sabtu (8/8/2020) waktu setempat atau Minggu (9/8/2020) WIB. Salah satu dari empat perintah eksekutif itu berisi bantuan langsung kepada pengangguran senilai US$ 400 per pekan.
Bantuan senilai US$ 400 per pekan tersebut tentunya akan meningkatkan daya beli warga AS, yang berpotensi memberikan dampak signifikan ke PDB.
Data penjualan ritel yang masih minus di bulan Juni serta proyeksi Juli juga sama menjadi salah satu faktor yang membuat rupiah belum mampu bangkit.
Penjualan ritel yang dicerminkan oleh indeks Penjualan Riil (IPR) pada Juni terkontraksi 17,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Sedikit membaik dibandingkan pencapaian Mei yakni -20,6% YoY.
"Perbaikan penjualan terjadi pada hampir seluruh kelompok komoditas yang disurvei, terutama kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Makanan, Minuman dan Tembakau, serta Peralatan Informasi dan Komunikasi, sejalan dengan pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)," sebut keterangan tertulis Bank Indonesia (BI), Selasa (11/8/2020).
Sementara untuk Juli, BI memperkirakan penjualan ritel masih turun dengan perkiraan 12,3% YoY. Meski masih ada kontraksi, tetapi tren perbaikan tetap terjaga. Perbaikan kinerja penjualan eceran tersebut diprakirakan terjadi pada kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau serta Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
