'Kado' dari Donald Trump Sukses Bikin Rupiah Menguat

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 August 2020 09:08
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Pelaku pasar merespons positif perkembangan dari Negeri Paman Sam sehingga berani memborong aset-aset berisiko di pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia.

Pada Senin (10/8/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.550 kala pembukaan pasar spot, Rupiah menguat 0,21% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Sepanjang minggu kemarin, rupiah melemah 0,34% di hadapan dolar AS. Memasuki pekan yang baru, rupiah sepertinya siap membalas kekalahan tersebut.

Penguatan rupiah tidak lepas dari dinamika di Negeri Paman Sam. Presiden Donald Trump mengungkapkan dirinya siap menunda setoran Pajak Penghasilan (PPh) dari para pekerja AS demi menyelamatkan ekonomi dan daya beli dari hantaman pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Sang presiden ke-45 Negeri Adidaya mengaku siap merilis kebijakan tersebut secara unilateral, artinya dengan atau tanpa persetujuan Kongres.

"Jika kubu Partai Demokrat terus menyandera pengesahan stimulus, maka saya akan bertindak sesuai kewenangan saya sebagai presiden agar rakyat AS mendapat keringanan yang mereka butuhkan," tegas Trump dalam konferensi pers di lapangan golf miliknya di New Jersey, seperti dikutip dari Reuters.

Trump menambahkan, penundaan pembayaran PPh rencananya akan dimulai pada 1 Juli hingga akhir 2020. Bahkan kalau perlu bisa diperpanjang sampai 2021 kalau Trump terpilih lagi dalam Pemilu 2020.

Beberapa waktu lalu, kubu Partai Republik di House of Representatives (salah satu dari dua kamar pembentuk Kongres AS selain Senat) mengusulkan proposal stimulus baru bernilai US$ 1 triliun. Stimulus baru dibutuhkan karena pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) senilai US$ 600 per pekan selesai pada akhir Juli.

Namun Demokrat kurang puas dengan proposal itu. Demokrat masih berhasrat menggolkan paket stimulus fiskal senilai US$ 3,4 triliun yang kandas beberapa bulan lalu.

Sampai akhir pekan kemarin, Kepala Staf Kepresidenan Mark Meadows dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin melaporkan kepada Trump bahwa belum ada titik temu dengan pimpinan kubu Demokrat di House Nancy Pelosi dan pimpinan Demokrat di Senat Chuck Schumer. Oleh karena itu, Trump akan mengambil langkah unilateral alias sepihak dengan menunda penarikan PPh.

Pelaku pasar sepertinya memberikan respons positif terhadap rencana Trump. Penundaan PPh praktis akan membuat gaji karyawan diterima penuh tanpa potongan pajak. Pendapatan riil akan bertambah, dan diharapkan mampu mendongrak daya beli.

Konsumsi rumah tangga merupakan komponen utama dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) AS. Ketika konsumsi meningkat, otomatis ekonomi bakal tumbuh cepat.

Proyeksi terkini untuk pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 versi GDPNow keluaran Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) cabang Atlanta adalah 20,5%. Meningkat ketimbang proyeksi sebelumnya yaitu 20,3%.

AS adalah perekonomian terbesar di dunia, sang kepala naga, sang lokomotif. Kalau ekonomi AS bangkit, maka dunia pun akan ikut terungkit.

Harapan akan pemulihan ekonomi AS (dan dunia) membuat investor berkenan untuk masuk ke instrumen berisiko di negara-negara berkembang Asia. Aliran modal ini kemudian menjadi 'bensin' bagi rupiah untuk melaju ke utara alias menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar AS Balas Dendam, Rupiah Dibikin KO Hari Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular