
Awalnya KO, Dolar Singapura Kini di Level Tertinggi 3 Bulan

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura melemah melawan rupiah di awal perdagangan Kamis (6/8/2020), tetapi tidak lama langsung berbalik menguat ke level tertinggi dalam 3 bulan terakhir.
Sentimen pelaku pasar yang masih belum bagus benar membuat rupiah agak tertekan.
Pada pukul 11:23 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.654,32, dolar Singapura menguat 0,53% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak 5 Mei lalu.
Di awal perdagangan, Mata Uang Negeri Merlion ini melemah 0,44% ke Rp 10.550,53/SG$.
Rupiah di awal perdagangan ini mendapat tenaga merespon rencana bantuan sosial (bansos) tunai yang akan diberikan pemerintah bagi para pekerja yang bergaji di bawah Rp 5 juta.
Hal ini masuk ke dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang disampaikan langsung Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Rabu (5/8/2020) sore setelah pasar dalam negeri tutup, sehingga baru direspon pagi ini.
"Ke depan langkah percepatan belanja dilakukan untuk lindungi masyarakat, meningkatkan kemampuan juga dalam menangani Covid-19," kata Sri Mulyani.
Dalam hal belanja, maka akan ada tambahan bansos [bantuan sosial] hingga Rp 30 triliun untuk 12 juta pelaku UMKM dan ultra mikro. Kemudian, tambahan bantuan pembelian beras juga untuk 10 juta orang dengan anggaran Rp 4,6 triliun.
"Bansos tunai juga ditambahkan Rp 500 ribu dengan anggaran Rp 5 triliun. Dan bansos juga untuk gaji yang mereka berpendapatan di bawah Rp 5 juta yang targetnya bisa ke 13 juta orang dan anggarannya kira-kira Rp 31 triliun," paparnya.
Adapun total anggarannya untuk belanja ini semua mencapai Rp 203 triliun. Diharapkan konsumsi masyarakat bisa pulih sehingga daya beli juga terjaga.
Pemberian bansos tunai tersebut diharapkan mampu mendongkrak belanja konsumen sehingga dapat membangkitkan perekonomian. Maklum saja, konsumsi rumah tangga merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia, pada kuartal II-2020 lalu kontribusinya ke PDB sebesar 57,85%.
Konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi 5,51% year-on-year (YoY) di kuartal II lalu, yang akhirnya menjadikan PDB negatif, sehingga jika di kuartal III-2020 konsumsi rumah tangga tumbuh, peluang Indonesia lolos dari resesi semakin besar.
Sayangnya momentum penguatan rupiah memudar menjelang tengah hari, sehingga dolar Singapura berbalik menguat. Sebabnya, sentimen pelaku pasar yang masih belum bagus benar, tercermin dari pelemahan mayoritas bursa saham Asia. Kala sentimen pelaku pasar tidak terlalu bagus atau malah memburuk rupiah yang merupakan aset negara emerging market menjadi kurang menarik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
