RI Resesi Teknikal, IHSG kok Kebal? Ternyata Ini Alasannya

Monica Wareza, CNBC Indonesia
05 August 2020 14:12
Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan pelaku pasar modal menilai investor telah memperkirakan pertumbuhan perekonomian dalam negeri akan terkontraksi pada kuartal II tahun ini.

Dengan demikian, saat rilis data PDB pada Rabu ini (5/8/2020) dilakukan, market justru merespons dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup menguat tipis 8,6 poin (0,17%) ke level 5.083,557. Pada pukul 13.46 WIB, IHSG menguat 0,54% di level 5.105.

Analis PT Samuel Sekuritas Indonesia Suria Darma mengatakan rilis data GDP atau PDB Indonesia siang ini sudah inline dengan prediksi pelaku pasar. Bahkan hasil konsensus menyatakan kontraksi ekonomi lebih dalam yakni di posisi 6%.

"Inline itu. Prediksi kita malah -6% YoY. [Angka] konsensus kerendahan," kata dia kepada CNBC Indonesia, Rabu (5/8/2020).

Lebih lanjut, Chris Apriliony, analis PT Jasa Utama Kapital mengatakan jika dilihat dengan negara-negara yang bermitra dagang dengan Indonesia kontraksi sebesar 5,32% masih cenderung lebih rendah, sehingga jika dilihat melihat kontraksi ekonomi, Indonesia cenderung masih cukup baik.

Menurut dia, pasar saham dalam negeri sudah jauh dari posisi untuk mengalami crash setelah melihat data perekonomian dalam negeri ini.

"Sehingga kemungkinan untuk crash [pasar] juga cenderung kecil karena IHSG juga jika dilihat memang sudah terkoreksi menjelang rilis data GDP dan secara YTD [year to date] pun masih cenderung rendah, ditambah BPS juga mengatakan bahwa ekonomi di kuartal ketiga terlihat adanya peningkatan yang lebih baik dari kuartal kedua," kata dia siang ini.

Analis PT MNC Sekuritas Edwin Sebayang menambahkan, saat ini justru pelaku pasar sudah mulai memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga ini. Diharapkan pertumbuhan kembali terjadi mengingat aktivitas ekonomi sudah mulai dibuka.

Indikator lainnya seperti pertumbuhan penyaluran kredit perbankan sudah mulai terjadi, di mana hingga Juli saja sudah meningkat menjadi 2,2% dibanding dengan posisi Juni 2020 di 1,49%. Selain itu juga penjualan mobil di kuartal ketiga juga terlihat mengalami perbaikan sehingga menimbulkan optimisme pasar.

"Mereka melihat kuartal ketiga akan jauh lebih bagus makanya buy on news ... Market kan leading indicator, mereka melihat masa depan jadi makanya dilihat GDP kuartal tiga bagus makanya mereka beli, makanya IHSG menguat di sesi I," jelasnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka output perekonomian atau Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia periode kuartal II-2020. Seperti yang sudah diduga, terjadi kontraksi alias pertumbuhan negatif.

Pada Rabu (5/8/2020), Kepala BPS, Suhariyanto, menyebutkan PDB Indonesia periode April-Juni 2020 terkontraksi -5,32% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/YoY).

"Terjadi kontraksi dalam, PDB Q1 kita sudah turun dalam meski year on year masih positif. Dan PDB kuartal II kontraksi negatif 5,32% (year on year)," kata Suhariyanto.

Sementara dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/QtQ), PDB kuartal II-2020 ini mengalami kontraksi -4,19%.

Dua kontraksi beruntun secara QtQ membuat Indonesia bisa dibilang sudah masuk ke fase resesi teknikal (technical recession). Pasalnya pada Kuartal I-2020 secara QtQ PDB Indonesia minus 2,41%.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PDB RI Nyungsep, IHSG Berkibar! Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular