Dag-Dig-Dug-Der Tunggu Data PDB, Mampukah Rupiah Menguat?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 August 2020 08:15
FILE PHOTO: An Indonesia Rupiah note is seen in this picture illustration June 2, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat tipis 0,07% melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa kemarin. Dibayangi isu resesi, rupiah nyaris berada di zona merah sepanjang perdagangan kemarin, sebelum berbalik menguat di menit-menit akhir.

Sementara pada perdagangan hari ini, Rabu (4/8/2020), rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menjadi salah satu penggerak rupiah.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menunjukkan median PDB di kuartal II-2020 sebesar -4,53%. Itu akan menjadi pertumbuhan ekonomi terburuk sejak 1999.

PDB minus sudah jauh-jauh hari diprediksi, cuma masalah seberapa besar kemerosotan ekonomi Indonesia. Jika lebih dalam dari konsensus, rupiah kemungkinan akan tertekan, sebaliknya jika tak sedalam konsensus rupiah punya peluang untuk menguat.

Secara teknikal, rupiah masih dalam fase konsolidasi sejak pekan lalu. Posisi penutupan rupiah pada perdagangan Senin (27/7/2020) tidak jauh dari posisi pembukaan perdagangan, serta pergerakan naik turun hari ini secara teknikal membentuk pola Doji jika dilihat menggunakan grafik Candlestick.

Suatu harga dikatakan membentuk pola Doji ketika level pembukaan dan penutupan perdagangan sama atau nyaris sama persis, setelah sebelumnya mengalami pergerakan naik dan turun dari level pembukaan tersebut.

Secara psikologis, pola Doji menunjukkan pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah pasar apakah akan menguat atau melemah. Pergerakan rupiah Selasa kemarin yang sempat melemah dan berakhir menguat tipis menjadi indikasi keraguan pasar.

Munculnya Doji menjadi indikasi suatu instrumen akan memasuki fase konsolidasi.

Dalam kasus rupiah atau yang disimbolkan dengan USD/IDR, fase konsolidasi kemungkinan akan berada di rentang Rp 14.325/US$ sampai US$ 14.730/US$. Artinya, rupiah kecenderungannya akan bergerak bolak balik di antara level tersebut di pekan ini, bahkan ada kemungkinan sampai pekan depan.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) 
Foto: Refinitiv

Kemarin, rupiah membentuk pola Gravestone Doji, di mana level pembukaan sama atau nyaris sama dengan penutupan, dan berada di low intraday. Secara psikologis, Gravestone Doji menunjukkan pelaku pasar yang menjual dolar AS sedang mendominasi pasar. Dengan demikian rupiah berpeluang menguat meski masih dalam rentang konsolidasi.

Indikator Stochastic masih bergerak di dekat wilayah jenuh jual (oversold). Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah. Artinya ketika USD/IDR mencapai oversold, rupiah punya peluang berisiko berbalik melemah.

Artinya, jika belum mencapai oversold, rupiah punya peluang untuk menguat. Support terdekat berada di kisaran Rp 14.510/US, jika mampu dilewati rupiah berpeluang menuju Rp 14.450/US$.

Resisten terdekat berada di kisaran US$ 14.600/US$ yang kemarin juga menahan pelemahan rupiah. Jika resisten berhasil ditembus rupiah berisiko melemah ke Rp 14.660/US$.

Arah pergerakan selanjutnya akan ditentukan apakah rupiah mampu menembus batas bawah fase konsolidasi sehingga akan menguat lebih lanjut, atau sebaliknya batas atas Rp 14.730/US$ yang akan dilewati sehingga risiko pelemahan semakin membesar.

Batas atas tersebut juga merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$). Ke depannya, selama tidak menembus ke atas Fibonaci Retracement 61,8% tersebut rupiah masih berpeluang menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar AS Balas Dendam, Rupiah Dibikin KO Hari Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular