Sempat Meroket, Begini Nasib Saham Indofarma & Kimia Farma

tahir saleh, CNBC Indonesia
04 August 2020 10:18
Peneliti melakukan pemisahan hasil ekstraksi tanaman herbal di di Lab Cara Pembuatan Obat Tradisonal Baik (CPOTB) Pusat Penelitian Kimia LIPI, Puspitek, Tangerang Selatan,Rabu (6/5/2020). Saat ini laboratorium Cara Pembuatan Obat Tradisonal Baik (CPOTB) sedang menguji beberapa tanaman herbal yaitu ekstrak Cassia Alata (daun ketepeng badak) dan Dendrophtoe Sp (daun benalu) untuk dijadikan obat penyembuhan sekaligus penghambatan covid-19. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: IIustrasi (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham dua anak usaha PT Bio Farma (Persero) yakni PT Indofarma Tbk (INAF) dan PT Kimia Farma tbk (KAEF) mulai berkurang volatilitasnya. Pada perdagangan Selasa ini saham INAF melorot, sementara saham KAEF bergerak naik cenderung stagnan.

Data perdagangan BEI mencatat, pada pukul 10.06 WIB, saham INAF minus 0,92% di level Rp 2.160/saham, sepekan terakhir saham INAF ambles 10,11% kendati dalam sebulan terakhir perdagangan (termasuk Juli), sahamnya masih menguat 116%. Hari ini asing melepas saham INAF Rp 31,42 juta.

Sementara itu, saham KAEF pada perdagangan hari ini naik tipis 0,47% di posisi Rp 2.120/saham. Sepekan terakhir saham KAEF babak belur 17%, meskipun dalam sebulan terakhir sama seperti INAF, sahamnya meroket 88,4%. Asing hari ini masuk ke saham KAEF Rp 310.75 juta.

Tahun ini, manajemen Indofarma menargetkan pertumbuhan kinerja penjualan sebesar 25%-35% year on year (YoY). Pertumbuhan tahun ini akan ditopang dengan peningkatan signifikan penjualan alat kesehatan yang merupakan fokus bisnis perusahaan saat ini.

Direktur Utama Indofarma Arief Pramuhanto mengatakan hingga semester I-2020 saja lini bisnis alat kesehatan telah berkontribusi 50% dari total penjualan perusahaan. Kontribusi ini diharapkan akan terus meningkat sehingga bisa mendorong pertumbuhan pendapatan.

"Kamis udah ada rencana penataan portofolio produk kami. Dari alat kesehatan kontribusi akan signifikan, sampai Jini sudah 50% dan diharapkan nanti lebih baik, bisa tingkatkan sales 25%-30%. Beberapa strategi dilakukan, penataan segmen penjualan, portofolio, SDM, di keuangan tahun lalu sudah restrukturisasi sehingga beban keuangan sudah jauh berkurang," kata Arief dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Kamis (30/7/2020).

Lebih lanjut, tahun ini perusahaan juga menargetkan pertumbuhan laba bersih dari kinerja tahun lalu.

Pada akhir 2019 perusahaan mengantongi laba bersih senilai Rp 7,96 miliar, jauh lebih baik dari kerugian perusahaan di periode yang sama di tahun 2018 yang masih merugi Rp 32,75 miliar. Penjualan turun 14,47% secara tahunan menjadi Rp 1,36 triliun dari sebelumnya Rp 1,59 triliun.

Namun demikian, pada kuartal I-2020 Indofarma masih berkinerja kurang memuaskan lantaran perusahaan masih membukukan kerugian senilai Rp 21,42 miliar. Meski rugi ini turun tipis dari periode yang sama tahun sebelumnya yang rugi senilai Rp 21,72 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pendapatan anak usaha PT Bio Farma (Persero) selama 3 bulan pertama tahun ini naik sebesar 8,73% menjadi senilai Rp 148,16 miliar, dari pendapatan di 3 bulan pertama tahun lalu yang senilai Rp 136,26 miliar.

Beban pokok penjualan membengkak menjadi senilai Rp 119,51 miliar dari sebelumnya senilai Rp 87,04 miliar. Perusahaan juga mengalami kerugian lain-lain senilai Rp 3,69 miliar dari sebelumnya pos ini untung Rp 181,57 juta.

Arief mengungkapkan, mulai akhir Agustus 2020 nanti Indofarma akan mulai memproduksi alat rapid test untuk Covid-19 dengan kapasitas produksi 300 ribu pcs/bulan.

Selama masa pandemi ini, dia menyebut perusahaan memang telah mendistribusikan alat tes ini namun pemenuhannya masih mengandalkan impor.

"Jadi sejak mulai pandemi Covid-19 kami sudah distribusikan rapid test, ada rapid dan PCR, paling banyak rapid. Selama in masih impor dan kami berusaha ga mungkin cuma bergantung impor. Ada rencana buat rapid test sendiri, masih di tahap persiapan paling lambat akhir Agustus kita buat sendiri. Kapasitas produksi 300 ribu per bulan," jelasnya.

Sebelumnya Rapat Umum Pemegang Saham Tahun (RUPST) INAF menyetujui tidak adanya pembagian dividen pada tahun ini kendati membukukan laba pada tahun 2019.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article INAF dan KAEF Siap Distribusikan Vaksin Arab dan AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular