Amerika Serikat Resesi, Laba Caterpillar Terjun Bebas 70%

Monica Wareza, CNBC Indonesia
31 July 2020 20:32
Sumber: Caterpillar.com
Foto: Sumber: Caterpillar.com

Jakarta, CNBC Indonesia - Produsen alat berat Caterpillar Inc. melaporkan penurunan laba bersih hingga 70,3% year on year (YoY) pada akhir kuartal kedua tahun ini. Laba bersih perusahaan menjadi senilai 84 sen/saham, sedangkan untuk pendapatan per saham diperkirakan analis senilai 68 sen/saham.

Dilaporkan Reuters, laba bersih ini turun tajam akibat resesi ekonomi Amerika Serikat yang dipicu oleh pandemi Covid-19. Hal ini menyebabkan pembeli menjadi waspada untuk melakukan pembelian dalam jumlah besar.

Pendapatan perusahaan tercatat turun 31% YoY menjadi US$ 10 miliar (Rp 146 triliiun, asumsi kurs Rp 14.600/US$). Penurunan ini disebabkan karena turunnya penjualan di semua wilayah dan tiga segmen bisnis utama Caterpillar, yakni konstruksi, pertambangan, serta energi dan transportasi.

Produsen alat berat sejauh ini masih dianggap sebagai salah satu penentu bagi kegiatan ekonomi. Oleh karena itu kinerja perusahaan ini akan sangat dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi global karena pandemi.

Untuk itu, perusahaan masih belum menyampaikan guideline kinerja tahun ini, setelah pada Maret lalu ditarik kembali.

Saat ini perusahaan masih terus berupaya untuk memangkas biaya dan memprioritaskan investasi pada bisnis jasa yang diperkirakan akan bertahan saat terjadi penurunan permintaan alat berat.

Amerika Serikat akhirnya resmi mengalami resesi (lagi) untuk pertama kalinya dalam lebih dari 1 dekade terakhir. Tidak sekedar resesi, tapi perekonomian Negeri Adikuasa benar-benar hancur lebur di kuartal II-2020. Penyebabnya, tentu saja virus corona. Berasal dari China, virus ini menjadi pandemi, menyebar ke seluruh dunia.

Ironisnya, AS justru menjadi negara dengan jumlah kasus penyakit akibat virus corona (Coronavirus Disease 2019/Covid-19) terbanyak. Bahkan, saat negara-negara lain berhasil meredam penyebarannya, Paman Sam justru terus mengalami lonjakan kasus.

Bukan kali ini saja AS mengalami resesi, melansir Investopedia, AS sudah mengalami 33 kali resesi sejak tahun 1854. Sementara jika dilihat sejak tahun 1980, Negeri Paman Sam mengalami empat kali resesi, termasuk yang terjadi saat krisis finansial global 2008.

AS bahkan pernah mengalami yang lebih parah dari resesi, yakni Depresi Besar (Great Depression) atau resesi yang berlangsung selama 1 dekade, pada tahun 1930an. Tetapi kontraksi ekonominya tidak sedalam di kuartal II-2020.

Saat sudah disahkan mengalami resesi, semua lini perekonomian tentunya telah mengalami kemerosotan. Belanja konsumen yang merupakan tulang punggung perekonomian AS, dengan kontribusi sekitar 70% dari total PDB ambrol 34,6%.

Penurunan tajam konsumsi terjadi di bidang jasa, seperti perjalanan, pariwisata, perawatan medis, serta belanja di restoran. Maklum saja, kebijakan social distancing dan lockdown membuat warga AS diminta tinggal di rumah, tidak keluar kecuali sangat penting.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Setelah Singapura Resesi, Kandidat Berikut: Amerika Serikat!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular