
Ubah Pikiran, Induk TikTok Mau Listing di Hong Kong / China

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan teknologi asal China, ByteDance sedang mempertimbangkan untuk mendaftar alias listing ke bursa Hong Kong atau Shanghai. Hal ini didorong oleh meningkatnya ketegangan diplomatik antara China dan Amerika Serikat atas aplikasi TikTok buatan mereka.
TikTok adalah aplikasi yang memungkinkan pengguna ponsel pintar untuk merekam dan mengunggah video pendek dengan efek khusus dalam hitungan detik.
Menurut dua sumber anonim yang akrab dengan masalah ini, perusahaan akan lebih memilih Hong Kong. Salah satu dari keduanya juga mengatakan ByteDance secara bersamaan mempelajari opsi untuk listing anak usaha yang lebih kecil, mencakup TikTok yang tidak tersedia di Cina, di Eropa atau Amerika Serikat.
Perusahaan teknologi dan media yang berbasis di Beijing yang berusia delapan tahun itu semula ingin listing sebagai entitas gabungan, termasuk aplikasi TikTok dan lainnya, di New York atau Hong Kong dalam kesepakatan blockbuster.
Tetapi, menurut sumber itu, ByteDance telah melakukan pembicaraan dengan regulator bursa Hong Kong Exchanges and Clearing (HKEX) mengenai listing bisnis China mereka. Perusahaan juga mendiskusikannya dengan regulator sekuritas Tiongkok, menurut dua orang lainnya.
Sementara, rencana listing ini mungkin akan menjadi rumit akibat beberapa investor ByteDance kelas berat yang ingin mengambil alih TikTok dengan valuasi sekitar US$ 50 miliar.
TikTok juga menghadapi tekanan dari regulator AS yang telah berbicara tentang pelarangan aplikasi, mengharuskan ByteDance untuk menjualnya, karena kecurigaan China dapat memaksa penggunanya untuk menyerahkan data-data pengguna AS.
Menurut laporan Reuters sebelumnya, sebagian besar pendapatan ByteDance berasal dari akun China yang mencapai sekitar US$ 16 miliar pada 2019, menurut salah satu sumber.
Dua sumber lainnya mengatakan valuasi bisnis ByteDance di China dapat melampui US$ 100 miliar di Hong Kong atau di Shanghai, menurut dua sumber.
Di sisi lain, ByteDance bernilai US$ 140 miliar awal tahun ini ketika salah satu pemegang sahamnya, Cheetah Mobile, menjual saham kecil dalam kesepakatan pribadi, menurut laporan Reuters.
Hal ini menghasilkan laba sekitar US$ 2,9 miliar pada 2019. Perusahaan telah menetapkan target pendapatan 2020 sekitar 200 miliar yuan (US$ 28,62 miliar). TikTok, selama periode yang sama, diperkirakan akan mencapai pendapatan US$ 1 miliar.
Sebagian besar pendapatan berasal dari iklan pada aplikasi di bawah operasi China, termasuk Douyin, yakni TikTok versi China; aplikasi agregator berita Jinri Toutiao; dan aplikasi streaming video Xigua dan Pipixia, sebuah aplikasi untuk video lucu; serta beberapa aplikasi luar negeri, termasuk alat kolaborasi kerja Lark dan aplikasi streaming musik Resso.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trump Kalah, Tiktok Ulur Waktu Divestasi Saham