
Masih Pagi, IHSG Galau! Asing Lepas BBCA & BMRI

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis (30/7/20) dibuka di zona hijau dengan kenaikan 0,10% di level 5.116,32. Selang 5 menit IHSG masih melanjutkan penguatannya sebesar 0,15% di level 5.118,66.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 18 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 955 miliar. Pada pukul 09.27 WIB, IHSG merah 5.095.
Saham yang paling banyak dilego asing hari ini adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan jual bersih sebesar Rp 24 miliar dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 3 miliar.
Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing hari ini adalah PT Astra Internasional Tbk (ASII) dengan beli bersih sebesar Rp 9 miliar dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang mencatatkan net buy sebesar Rp 5 miliar.
Sementara itu bursa di kawasan Asia mayoritas terpantau bervariatif, Hang Seng Index di Hong Kong naik 0,33%, Nikkei di Jepang terapresiasi 0,16%, sedangkan Indeks STI di Singapore anjlok 1,28%.
Beralih ke bursa saham New York, tiga indeks utama ditutup di zona hijau. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,61%, S&P 500 menguat 1,24%, dan Nasdaq Composite bertambah 1,35%.
Apa yang dinanti akhirnya datang juga. Sesuai perkiraan, The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 0-0,25%. Ketua Jerome Powell dan kolega juga menyatakan suku bunga akan tetap bertahan rendah untuk mendukung pemulihan ekonomi akibat pandemi virus corona.
"Penyebaran virus corona menyebabkan kesulitan yang luar biasa di AS dan seluruh dunia. Setelah penurunan tajam di perekonomian dan pasar tenaga kerja, mulai terjadi pembalikan dalam beberapa bulan terakhir meski masih di bawah level awal tahun. Permintaan yang rendah membuat inflasi tertahan.
"Situasi di pasar keuangan secara umum membaik dalam beberapa bulan ini, mencerminkan dampak kebijakan untuk mendukung aktivitas ekonomi serta penyaluran kredit kepada rumah tangga dan rumah tangga. Namun ke mana ekonomi akan bergerak akan sangat ditentukan oleh virus. Krisis kesehatan akan membebani aktivitas ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan inflasi dalam jangka pendek dan menjadi risiko bagi perekonomian dalam jangka menengah.
"Dengan perkembangan tersebut, Komite memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 0-0,25%. Komite memperkirakan suku bunga acuan akan bertahan sampai ada keyakinan bahwa ekonomi berhasil melalui situasi ini," papar keterangan tertulis The Fed.
Suku bunga rendah akan memberi ruang bagi emiten untuk melakukan ekspansi. Dengan begitu, tercipta harapan untuk menaikkan pendapatan dan laba. Harga saham pun melambung.
Selain mempertahankan suku bunga, The Fed juga berkomitmen menggunakan seluruh instrumen yang ada untuk membantu ekonomi AS keluar dari nestapa akibat pandemi virus corona.
Artinya, The Fed sepertinya masih akan terus 'mengguyur' likuiditas ke pasar baik melalui pembelian obligasi sampai memberi kredit kepada dunia usaha. Likuiditas ini sedikit banyak akan masuk ke pasar keuangan yang kemudian menciptakan mentalitas 'beli, beli, beli'.
"Rasanya kita akan merasakan suku bunga rendah dan 'banjir' likuiditas dalam waktu yang agak lama. The Fed tentu tidak mau ekonomi menuju dasar palung," ujar Peter Tuz, Presiden Chase Investment Counsel yang berbasis di Virginia, seperti dikutip dari Reuters.
Hari ini juga akan diumumkan pembacaan awal pertumbuhan ekonomi Jerman. Konsensus Trading Economics memperkirakan ekonomi Negeri Panser akan terkontraksi -11,3% YoY. Jauh lebih parah ketimbang kuartal sebelumnya yakni -2,3% YoY. Jerman pun kemungkinan besar bakal jatuh ke lubang resesi.
Kemudian pada malam hari waktu Indonesia akan dirilis data pembacaan awal PDB AS kuartal II-2020. Setelah terkontraksi 4,8% secara kuartalan yang disetahunkan (annuaized) pada kuartal I-2020, GDPNow terbitan The Fed cabang Atlanta memperkirakan pencapaian kuartal II-2020 -32,1%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000