
207 Saham Ambles, IHSG Merah! Asing Cabut Rp 197 M

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi pertama perdagangan Rabu (29/7/20) ditutup di zona merah dengan penurunan 0,22% di level 5.101,73.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 197 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 4,3 triliun. Terpantau 158 saham harganya naik, 207 saham harganya turun, 187 sisanya stagnan.
Saham yang paling banyak dilego asing hari ini adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan jual bersih sebesar Rp 38 miliar dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 34 miliar.
Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing hari ini adalah PT Bank Rakyat IndonesiaTbk (BBRI) dengan beli bersih sebesar Rp 11 miliar dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang mencatatkan net buy sebesar Rp 21 miliar.
Terbaru, pemerintah resmi memberikan jaminan kredit kepada korporasi dengan nilai Rp 10 miliar hingga Rp 1 triliun lewat Lembaga Penjaminan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank dan PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII).
Dengan penjaminan ini, diharapkan kredit korporasi yang bisa disalurkan hingga 2021 mencapai Rp 100 triliun. Setidaknya ada 15 bank yang bekerja sama dalam penyaluran kredit dan dijamin oleh LPEI dan PII.
Sementara itu bursa di kawasan Asia terpantau bervariatif, Hang Seng Index di Hong Kong naik 0,06%, Nikkei di Jepang terdepresiasi 1,16%, sedangkan Indeks STI di Singapore anjlok 0,20%.
Beralih ke bursa saham New York, tiga indeks utama ditutup melemah. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,77%, S&P 500 minus 0,65%, dan Nasdaq Composite ambles 1,27%.
Kemarin, Wall Street menguat setelah ada harapan stimulus fiskal baru senilai US$ 1 yang diajukan oleh kubu Partai Republik di House of Representaives (salah satu dari dua kamar legistatif di AS). Namun proposal ini tidak berjalan mulus.
Pihak Partai Demokrat di House menilai proposal Republik terlalu cemen. Demokrat ingin agar nilai stimulus lebih besar lagi, yaitu US$ 3 triliun.
Bahkan kubu Republik di Senat juga tidak sepakat dengan proposal yang diajukan koleganya di House. Randall 'Rand' Paul, Senator Negara Bagian Kentucky dari Partai Republik, menilai uang yang dikeluarkan untuk penanganan virus corona sudah terlalu banyak.
"Saya tidak mau lagi berutang triliunan dolar," ujarnya, seperti dikutip dari Reuters.
Dari dalam negeri, Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, menyatakan bahwa pagebluk virus corona masih akan menjadi sumber ketidakpastian, setidaknya sampai tahun depan.
Selagi virus corona masih bergentayangan, maka aktivitas masyarakat tidak akan kembali normal sehingga menghambat laju roda perekonomian.
"Recovery atau pemulihan ekonomi global sangat tidak pasti akibat Covid-19. Beberapa lembaga internasional memperkirakan pemulihan ekonomi akan cukup cepat untuk tahun depan, dengan asumsi tahun ini menurunnya sangat tajam. Namun kita melihat bahwa lembaga-lembaga tersebut terus-menerus melakukan revisi pemulihan ekonomi 2020-2021," papar Sri Mulyani.
"Kalau penanganan (virus corona) efektif dan berjalan seiring dengan pembukaan aktivitas ekonomi, maka kondisi ekonomi bisa recover pada kuartal III-2020 dengan positive growth 0,4% dan pada kuartal IV akan akselerasi ke 3%. Kalau itu terjadi, maka pertumbuhan ekonomi kita secara keseluruhan tahun akan bisa tetap di zona positif," lanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000