
Australia Deflasi, Kurs Dolarnya Masih Kuat Saja di Rp 10.392

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Rabu (29/7/2020), melanjutkan kinerja positif sejak awal pekan. Mata uang Kanguru bahkan masih menguat meski Australia mengalami deflasi di kuartal II-2020.
Pada pukul 10:48 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.392,83/US$, dolar Australia menguat 0,28% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Biro Statistik Australia pagi tadi melaporkan indeks harga konsumen (IHK) di kuartal II-2020 -1,9% di kuartal II-2020 dari kuartal sebelumnya atau quarter-to-quarter (QtQ). IHK yang minus artinya suatu negara mengalami penurunan harga, dan kali ini menjadi yang terburuk dalam 72 tahun.
Penyebabnya, sudah pasti pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) yang membuat roda bisnis menurun drastis bahkan nyaris mati suri akibat Australia menerapkan kebijakan karantina (lockdown) pada beberapa waktu di kuartal II lalu.
Sementara itu IHK inti yang tidak memasukkan item yang volatil dilaporkan -0,1%.
Meski deflasi melanda di Australia, nyatanya mata uangnya masih tetap perkasa. Bahkan saat ini, Australia sedang menghadapi serangan virus corona gelombang kedua.
Kota Melbourne di Negara Bagian Victoria kini menjadi episentrum penyebaran Covid-19. Per 28 Juli kemarin, jumlah kasus di Australia tercatat sebanyak 15.304, terjadi penambahan sebanyak 369 orang dari hari sebelumnya.
Dari total jumlah kasus baru tersebut, Victoria menyumbang sebanyak 353 orang.
Guna meredam penyebaran virus corona, Melbourne resmi di-lockdown lagi sejak 9 Juli, akibatnya dolar Australia yang sebelumnya menguat melawan rupiah berbalik melemah.
Sebanyak 5 juta warga Melbourne dilarang meninggalkan rumah selama 6 pekan ke depan, kecuali karena alasan penting.
Tetapi, penambahan kasus masih saja terus meningkat, bahkan pada Senin lalu jumlah kasus baru di Australia bahkan bertambah sebanyak 532 orang, terbanyak dalam 4 bulan terakhir, tepatnya sejak 27 Maret ketika jumlah kasus tercatat sebanyak 650 orang.
Di tengah serangan virus corona tersebut, dolar Australia masih cukup perkasa melawan rupiah. Belakangan ini penyebab tangguhnya dolar Australia adalah harga emas yang terbang tinggi.
Emas merupakan salah satu komoditas ekspor terbesar Australia, sehingga kenaikan harganya tentunya akan menambah pendapatan negara. Berdasarkan data dari Departemen Hubungan Luar Negeri dan Perdagangan, emas berkontribusi sebesar 4,8% dari total ekspor Australia di tahun 2018, dan berada di urutan ke enam komoditas ekspor terbesar.
Selain emas dunia, harga bijih besi yang merupakan komoditas ekspor terbesar Australia, berkontribusi sekitar 15% dari total ekspor, juga diramal akan mengalami peningkatan harga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
