Analisis Teknikal

Rupiah Menguat 7 Hari Beruntun? Kenapa Enggak!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 July 2020 07:49
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat tipis 0,07% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.480/US$ pada perdagangan Selasa kemarin. Meski seiprit, tetapi sudah cukup membawa rupiah mencatat penguatan 6 hari beruntun. 

Peluang rupiah mencatat reli 7 hari terbuka cukup lebar pada hari ini, Rabu (29/7/2020) mengingat dolar AS yang masih belum dalam kondisi bagus. Indeks dolar AS memang bangkit dari level tertinggi 2 tahun kemarin, tetapi diramal masih akan melemah lagi, sebab pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam lebih lambat ketimbang negara lainnya.

"Saya pikir pasar sedang berhenti sejenak, dan itu wajar (indeks dolar bangkit) melihat penurunan dolar AS belakangan ini," kata Vassili Serebriakov, ahli strategi valas di USB New York, sebagaimana dilansir CNBC International.

"Ekonomi global sedang dalam pemulihan dari Covid-19 tetapi tidak merata, saya pikir pemulihan ekonomi yang lebih bagus terjadi di Eropa dan China ketimbang di AS. Dolar AS tipe mata uang yang berlawanan dengan siklus, jadi ketika perekonomian global cenderung membaik, dolar AS akan melemah," tambahnya.

Secara teknikal, posisi penutupan rupiah pada perdagangan Senin (27/7/2020) tidak jauh dari posisi pembukaan perdagangan, serta pergerakan naik turun hari ini secara teknikal membentuk pola Doji jika dilihat menggunakan grafik Candlestick.

Suatu harga dikatakan membetuk pola Doji ketika level pembukaan dan penutupan perdangangan sama atau nyaris sama persis, setelah sebelumnya mengalami pergerakan naik dan turun dari level pembukaan tersebut.

Secara psikologis, pola Doji menunjukkan pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah pasar apakah akan menguat atau melemah. Pergerakan rupiah Selasa kemarin yang sempat melemah dan berakhir menguat tipis menjadi indikasi keraguan pasar.

Munculnya Doji menjadi indikasi suatu instrument akan memasuki fase konsolidasi.

Dalam kasus rupiah atau yang disimbolkan dengan USD/IDR, fase konsolidasi kemungkinan akan berada di rentang Rp 14.325/US$ sampai US$ 14.730/US$. Artinya, rupiah kecenderungannya akan bergerak bolak balik di antara level tersebut di pekan ini, bahkan ada kemungkinan sampai pekan depan.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Indikator stochastic bergerak turun tetapi masih belum masuk wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah. Artinya ketika USD/IDR mencapai oversold, rupiah punya peluang berisiko berbalik melemah.

Artinya, jika belum mencapai oversold, rupiah punya peluang untuk menguat di pekan ini, menuju batas bawah fase konsolidasi Rp 14.325/US$.
Resisten terdekat berada di kisaran US$ 14.510/US$, jika ditembus rupiah berisiko melemah ke Rp 14.600/US$.

Arah pergerakan selanjutnya akan ditentukan apakah rupiah mampu menembus batas bawah fase konsolidasi sehingga akan menguat lebih lanjut, atau sebaliknya batas atas Rp 14.730/US$ yang akan dilewati sehingga risiko pelemahan semakin membesar.

Batas atas tersebut juga merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).

Ke depannya, selama tidak menembus ke atas Fib. Retracement 61,8% tersebut rupiah masih berpeluang menguat.


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular