
Rupiah Perkasa Terus Nih, Pakai Jamu Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Berbagai sentimen positif membakar semangat pelaku pasar untuk masuk ke aset-aset berisiko.
Pada Selasa (28/7/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.450 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,29% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Rupiah memang sedang 'menggila'. Dalam sepekan terakhir, mata uang Tanah Air menguat 1,5% di hadapan dolar AS.
Hari ini, angin kembali berpihak kepada rupiah. Investor semringah karena AS tengah mempersiapkan paket stimulus terbaru. Maklum, program Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebesar US$ 600 (Rp 8,7 juta) per minggu akan selesai akhir pekan ini.
Kubu Partai Republik di House of Representatives (salah satu dari dua kamar eksekutif AS) mengusulkan proposal paket stimulus baru bernilai US$ 1 triliun (Rp 14.490 triliun). Untuk sementara nilai BLT akan berkurang menjadi US$ 200 (Rp 2,9 juta) per pekan. Namun dua bulan kemudian, pemerintah negara bagian akan memberikan tunjangan sebesar maksimal US$ 500 (Rp 7,24 juta) per pekan.
"Rakyat AS butuh lebih banyak pertolongan. Mereka membutuhkan sesuatu yang lebih komprehensif," tegas Mitch McConnell, Pimpinan Mayoritas Senat AS, sebagaimana diwartakan Reuters.
Namun proposal ini masih perlu dibahas bersama kubu oposisi Partai Demokrat. Masalahnya, Demokrat menilai proposal Grand Old Party terlalu kecil. Ada tendensi untuk menambah paket stimulus menjadi US$ 3 triliun (Rp 43.472 triliun).
"Rencana Republik terlalu lemah. Padahal masalah kita sangat besar," ujar Chuck Schumer, Pimpinan Demokrat di Senat AS, seperti dikutip dari Reuters.
House of Representatives akan membahas proposal stimulus terbaru dan kalau sudah disepakati akan dibawa ke Senat. Jika Senat memberi lampu hijau, maka proposal akan dikirim ke meja Presiden Donald Trump untuk diteken.
Namun yang jelas, pelaku pasar menilai eksekutif dan legislatif punya pandangan yang sama yaitu bagaimana menyelamatkan rakyat. Bagaimana pun nanti keputusannya, yang terpenting adalah BLT akan berlanjut dan mungkin bisa sampai akhir tahun ini.
"Sepertinya kita akan punya semangat memulai perdagangan. Jelas ada sentimen positif dari AS," kata Ryan Felsman, Ekonom Senior Commsec, seperti dikutip dari Reuters.
Kemudian, pengembangan vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) juga semakin maju. Dua perusahaan farmasi AS, Moderna dan Pfizer, akan segera memulai uji coba tahap III terhadap 30.000 relawan. Kalau semuanya lancar, maka vaksin sudah bisa tersedia akhir tahun ini.
"Mendapatkan vaksin yang aman, efektif, dan bisa diedarkan pada akhir tahun adalah tujuan kami. Ini adalah tujuan semua orang," kata Direktur US National Institutes of Health Francis Colliins, sebagaimana diwartakan Reuters.
Dua kabar ini sudah cukup menjadi pelecut semangat investor. Ditambah lagi dolar AS memang sedang terpojok karena menunggu rapat bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) pada 29 Juli mendatang.
Pada pukul 08:28 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) melemah 0,15%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini sudah ambles 1,67%.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar AS Balas Dendam, Rupiah Dibikin KO Hari Ini
