Analisis Teknikal

Proyeksi Harga Emas, Awas Ada Koreksi!

Haryanto, CNBC Indonesia
26 July 2020 14:22
Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga logam mulia emas menunjukkan gemerlap nya sejak pandemi virus corona (Coronavirus Disease 2019/Covid-19) menjalar ke seluruh dunia yang membuat prospek ekonomi global menjadi suram, hingga berujung resesi.

Latar belakang melambung nya logam mulia tersebut ke level tertinggi 9 tahun dipicu oleh guyuran stimulus yang dilakukan oleh bank sentral dunia dan pemerintah guna menopang ekonomi agar dapat berputar kembali akibat Covid-19.

Stimulus besar-besaran menjadi pendukung harga emas untuk menguat lantaran adanya ancaman inflasi yang nyata ke depannya. Emas sebagai aset lindung nilai (hedging) atau safe haven jadi kebanjiran permintaan ketika ada ancaman inflasi yang tinggi dan penurunan nilai tukar mata uang.

"Orang menggunakan emas sebagai aset safe-haven dan juga banyak yang percaya bahwa inflasi akan naik di kuartal mendatang," kata Phil Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago, melansir Reuters.

Pada penutupan perdagangan hari Jumat (24/7/2020) atau Sabtu pagi waktu Indonesia harga emas dunia di pasar spot naik sebesar US$ 14,12 atau 0,75% ke level US$ 1.900,98/troy ons dari US$ 1.886,86/troy ons Kamis kemarin, mengacu data Refinitiv.

Sementara sepanjang pekan ini (week on week/WoW) harga emas dunia bahkan membukukan kenaikan yang signifikan sebesar US$ 92,07 atau 5,09% dari level US$ 1.808,9/troy ons di penutupan hari Jumat lalu (17/7/2020).

Beralih ke dalam negeri, dengan lonjakan harga emas dunia tentunya juga berdampak pada kenaikan harga emas Antam maupun untuk harga emas yang dijual di Pegadaian.

Harga logam mulia emas yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) untuk kepingan 100 gram yang lumrah dijadikan acuan selama sepekan ini naik sebesar Rp 33.000 atau 3,67% menjadi Rp 931.120/gram pada Sabtu (25/7/2020) dari Rp 898.120/gram pada Sabtu lalu (18/7/2020).

Harga emas tersebut akan dikenakan biaya PPh 22 (Pajak Penghasilan Pasal 22 atas emas batangan). Sesuai dengan PMK No 34/PMK.10/2017, pembelian emas batangan dikenakan PPh 22 sebesar 0,45% (untuk pemegang NPWP dan 0,9% untuk non NPWP).

Sementara, harga emas cetakan Antam di Pegadaian ukuran 1 gram sepanjang pekan ini, Sabtu (25/7/2020) naik Rp 34.000 atau 3,52% menjadi Rp 999.000/gram dari harga Sabtu lalu (18/7/2020). Harga emas yang ditawarkan Pegadaian per gram sudah termasuk Pajak. PT Aneka Tambang Tbk (Antam) adalah produsen emas BUMN yang merupakan salah satu suplier dari Pegadaian.

Kenaikan harga emas tersebut dipicu oleh risiko ketidakpastian ekonomi global akibat pandemi virus corona (Covid-19) yang berasal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China yang menyebar ke seluruh negeri.

Pandemi Covid-19 ini telah memicu pembatasan wilayah atau lockdown di seluruh negara guna memitigasi penyebaran, sehingga berdampak pada terhentinya roda perekonomian global. Pada gilirannya, mengurangi prospek untuk pemulihan ekonomi berbentuk V dan berdampak pada sentimen risiko global.

Harga logam mulia emas dunia memang tengah diuntungkan oleh pandemi virus corona karena dampaknya terhadap ekonomi dunia ke dalam resesi.

Ketika aktivitas ekonomi terganggu maka berujung pada jurang resesi, yaitu pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi dalam kurun dua kuartal berturut, membuat investor mencari perlindungan ke aset-aset aman atau safe haven.

Investasi emas yang dianggap sebagai lindung nilai (hedging) di saat ketidakpastian ekonomi akibat pandemi virus corona, menunjukkan bahwa instrumen yang satu ini merupakan aset safe haven yang paling dicari ketika situasi ekonomi berada di jurang resesi.

Oleh karena itu, banyak analis yang memprediksi harga emas akan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa yang terlihat sejak sembilan tahun silam. Ada yang memprediksi emas akan mencapai US$ 2.000/troy ons hingga US$ 3.000/troy.

Dengan kondisi saat ini, WingCapital memprediksi harga emas diprediksi akan mencapai US$ 3.000/troy ons, tapi dalam 3 tahun ke depan.

Sementara itu Ole Hansen, Kepala Ahli Strategi Komoditas di Saxo Bank, memprediksi emas akan mencetak rekor tertinggi pada tahun depan, dan jangka panjang emas akan mencapai US$ 4.000/troy ons.

Ramalan paling ekstrim datang dari Dan Olivier, pendiri Myrmikan Capita, yang memprediksi emas akan mencapai US$ 10.000/troy ons. Sayangnya, Olivier tidak menyebutkan dalam rentang waktu berada lama emas akan mencapai level tersebut.

Mengacu aturan di pasar,satu troy ons setara dengan 31,1 gram, sehingga besaran US$ 4.000/troy ons yang diproyeksikan Ole Hansen dikonversi dengan membagi angka tersebut dengan 31,1 gram, hasilnya US$ 128,62 per gram. Dengan asumsi kurs rupiah Rp 15.000/US$, maka prediksi harga emas berada di Rp 1.929.300/gram atau nyaris 2 juta rupiah.

Lalu bagaimana dengan pergerakan harga emas untuk minggu besok?

Simak analisis teknikal di bawah ini.

 

Analisis TeknikalFoto: Revinitif
Analisis Teknikal

 

Analisis Teknikal

Pergerakan Emas dengan menggunakan periode Harian (Dailly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, emas berada di area resistance, dengan garis BB yang semakin melebar, maka pergerakan selanjutnya cenderung masih naik lebih lanjut untuk jangka menengah hingga jangka panjang.

Untuk melanjutkan kenaikan, perlu melewati level resistance selanjutnya yang berada di area US$ 1.920/troy ons yang sekaligus menjadi harga tertinggi sepanjang masa. Sementara untuk merubah bias menjadi bearish perlu melewati level support yang berada di area US$ 1.875/troy ons hingga area US$ 1.800/troy ons.

Pergerakan harga emas seminggu ke depan berkisar antara US$ 1.850/troy ons hingga area US$ 1.920/troy ons.

Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang masih bermain di wilayah positif, maka kemungkinan pergerakan emas masih menguat lebih lanjut.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 81, dengan garis yang masih bergerak naik, maka emas masih berpeluang menguat. Namun perlu diperhatikan, RSI yang sudah berada di area overbought atau jenuh beli maka, kenaikan akan menjadi terbatas atau bisa terkonsolidasi (koreksi) untuk jangka pendek.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area resistance dengan garis yang semakin melebar, maka pergerakan selanjutnya cenderung masih menguat. Namun, penguatan akan menjadi terbatas yang terkonfirmasi dengan indikator RSI yang sudah berada di area overbought.

Sementara itu, untuk jangka pendek harga emas berpotensi untuk konsolidasi atau terkoreksi untuk membentuk pijakan baru. Namun, untuk jangka panjang selama harga emas tidak berada di bawah area US$ 1.850/troy on dan tidak menembus level US$ 1.800/troy ons yang mengindikasikan perubahan tren jangka memengah emas akan terus bergerak naik.

Emas perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular