AS-China Makin Panas, Kurs Dolar Australia Turun ke Rp 10.284

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 July 2020 14:12
Australian dollars are seen in an illustration photo February 8, 2018. REUTERS/Daniel Munoz
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia melemah melawan rupiah pada perdagangan Jumat (24/7/2020) melanjutkan pelemahan 2 hari terakhir. Hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China yang semakin memanas membuat dolar Australia terpukul.

Melansir data Refinitiv, dolar Australia pagi tadi sebenarnya sempat menguat 0,38%, tetapi kemudian berbalik melemah 0,4% ke Rp 10.284,52/AU$ pada pukul 12:52 WIB di pasar spot.

Hubungan AS-China kembali memanas di pekan ini setelah Rabu waktu setempat, Washington memerintahkan pemerintah China untuk menutup konsulat di Houston, Negara Bagian Texas. Beijing dituding melakukan tindakan mata-mata dan membahayakan kepentingan nasional.

"Kantor konsulat China di Houston ditutup demi melindungi hak atas kekayaan intelektual dan privasi rakyat AS," sebut keterangan tertulis Kementerian Dalam Negeri AS. Pemerintah China diberi waktu 72 jam untuk menutup kantor dan mengosongkan gedung.

Kecurigaan AS datang setelah muncul asap dari kantor konsulat tersebut. Beberapa sumber di lingkaran dalam Gedung Putih mengungkapkan bahwa sedang terjadi pembakaran dokumen.

"Kami rasa mereka melakukan pembakaran. Apakah itu dokumen atau kertas lainnya, saya penasaran," ujar Presiden AS Donald Trump, sebagaimana diwartakan Reuters.

China tentu tidak terima diperlakukan begitu rupa. Wang Wenbin, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, menegaskan bakal memberikan balasan setimpal.

"AS harus mencabut keputusan yang sangat salah itu. China pasti akan membalas dengan tegas," kata Wang, seperti dikutip dari Reuters.
Balasan dari China datang hari ini, Kementerian Luar Negeri China mencabut izin konsulat jenderal AS di kota Chengdu, dan meminta untuk menghentikan kegiatannya.

"Situasi saat ini antara China dengan AS bukan sesuatu yang ingin kita lihat," tulis Kementerian Luar Negeri China, sebagaimana dilansir CNBC International.

"Tanggung jawab ada pada Amerika Serikat. Kami sekali lagi meminta AS mencabut keputusan yang salah itu untuk menciptakan kondisi yang baik bagi kedua negara, hubungan menjadi normal kembali."

Vice Chairman IHS Markit, Daniel Yergin mengatakan, memburuknya hubungan AS China yang sudah terjadi sejak pertengahan 2018 membuat kedua negara menuju perang dingin.

Memburuknya hubungan kedua negara hingga memicu perang dagang menjadi pemicu pelambatan ekonomi pada tahun lalu. Jika kembali terjadi, maka perekonomian global berisiko semakin nyungsep di tengah pandemi penyakit virus corona (Covid-19) yang memicu resesi di mana-mana.

Australia menjadi salah satu negara yang paling terpukul jika AS-China kembali melakukan perang dagang. Maklum saja, Negeri Panda merupakan mitra dagang terbesar Negeri Kanguru. Dolar Australia yang menguat belakangan ini hingga mencapai level Rp 10.500/AU$ dan tertinggi dalam 1,5 tahun terakhir salah satunya dipicu kebangkitan ekonomi China.

Kini dengan memanasnya hubungan dengan AS, dan jika perang dagang kembali tereskalasi, perekonomian China terancam mundur lagi. Dolar Australia pun ikut mundur menjauhi level Rp 10.500/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Tak Akan Gelap Gulita Karena RI, Mata Uang Ini Bangkit!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular