
Kabar Baik Vaksin Pfizer, Bisa Gak IHSG Tembus 5.200?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Kamis (23/7/2020) berpeluang menguat terdorong oleh kenaikan bursa Wall Street AS karena kesepakatan antara pemerintah AS dengan Pfizer untuk memproduksi vaksin virus corona.
Sebelumnya, pada perdagangan Rabu kemarin (22/7/2020) IHSG ditutup merah, dengan penurunan 4,52 poin atau 0,09% menjadi 5.110,19. Pelemahan ini terjadi setelah data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi penanaman modal asing (PMA) semester I-2020 turun 8,1% menjadi Rp 195,6 triliun dari periode yang sama 2019 Rp 212,8 triliun.
Penurunan investasi asing tersebut juga dialami di lantai bursa saham domestik, di mana asing masih melakukan jual bersih (net sell) pada perdagangan kemarin sebesar Rp 218,80 miliar di semua pasar.
Berdasarkan catatan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai transaksi pada perdagangan Rabu kemarin mencapai Rp 8,2 triliun. Sementara volume transaksi tercatat 10,2 miliar unit saham dengan frekuensi sebanyak 721.839 kali transaksi. Ada sebanyak 232 saham yang turun, sementara sebanyak 172 saham naik dan 178 stagnan.
Saham-saham yang membukukan penurunan di antaranya saham PT Envy Technologies Indonesia Tbk (ENVY) (-6,45%), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) (-3,97%), PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) (-3,30%), sedangkan PT Barito Pacific Tbk (BRPT) (-2,48%) dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) (-2,47%).
Saham yang paling banyak dilego asing kemarin adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan jual bersih sebesar Rp 188 miliar dan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 3,7 miliar.
Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan beli bersih sebesar Rp 120 miliar dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang mencatatkan net buy sebesar Rp 26 miliar.
Sementara dari bursa saham Amerika Serikat (AS), yaitu Wall Street yang menjadi barometer atau acuan bursa saham global pada penutupan perdagangan Rabu kemarin (Kamis pagi waktu Indonesia) berakhir di zona hijau.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 165,44 poin atau 0,6% menjadi 27.005,84, Nasdaq menguat 25,76 poin atau 0,2% menjadi 10.706,13 dan S&P 500 naik 18,72 poin atau 0,6% menjadi 3.276,02.
Dow Jones mencapai level penutupan terbaik dalam kurun lebih dari sebulan dan S&P 500 naik ke level penutupan tertinggi baru lima bulan.
Apresiasi bursa Wall Street datang karena para pelaku pasar tetap optimis terhadap prospek ekonomi meskipun lonjakan baru-baru ini dalam kasus virus corona. Sementara kenaikan juga didorong oleh berita tentang kesepakatan vaksin coronavirus antara pemerintah AS dengan perusahaan Pfizer dan BioNTech serta kemajuan nyata pada negosiasi stimulus AS.
AS sepakat untuk membayar Pfizer dan mitra nya BioNTech, Jerman, senilai US$ 1,95 miliar untuk memproduksi 100 juta vaksin coronavirus jika terbukti aman dan efektif. Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan menambahkan AS dapat memperoleh tambahan 500 juta dosis obat berdasarkan perjanjian.
Menambah optimisme, National Association of Realtors (NAR) merilis laporan yang menunjukkan bahwa penjualan rumah yang ada mengalami rebound pada bulan Juni setelah tiga bulan berturut-turut mengalami penurunan.
NAR mengatakan penjualan rumah yang sudah ada melonjak sebesar 20,7% ke tingkat tahunan sebanyak 4,72 juta pada bulan Juni setelah turun 9,7% ke tingkat 3,91 juta pada bulan Mei. Para ekonom telah memperkirakan penjualan akan meroket sekitar 24,5%.
Pada catatan pukul 07.35 WIB, kontrak berjangka (futures) indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,13% pada 26.848, sedangkan S&P 500 koreksi 0,11% menjadi 3.262 dan Nasdaq Composite 100 naik 0,17% pada 10.822.
Pada perdagangan pagi ini Kamis (23/7/2020) koreksi bursa Wall Street kontrak berjangka (futures) kemungkinan menjadi sentimen negatif IHSG masuk zona merah.
![]() Analisis Teknikal |
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area resistance menuju level pivot, dengan garis BB yang masih melebar, maka pergerakan selanjutnya cenderung turun atau koreksi.
Untuk melanjutkan penurunan dari sesi sebelumnya, perlu melewati level support selanjutnya yang berada di area 5.090 hingga area 5.050. Sementara untuk merubah bias menjadi bullish perlu melewati level resistance yang berada di area 5.135 hingga area 5.180.
Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang mencoba berpotongan ke bawah, maka kecenderungan pergerakan untuk turun atau melemah.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 57 setelah menyentuh area oversold, dengan garis yang bergerak turun, maka IHSG kemungkinan masih terkoreksi atau konsolidasi.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area resistance menuju level pivot, dengan garis yang melebar, maka pergerakan selanjutnya cenderung menurun, hal ini juga terkonfirmasi dengan MACD yang mencoba berpotongan ke bawah serta RSI yang sudah oversold.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500