
Tekor, United Airlines Kehilangan Rp 23,4 Triliun di Q2 2020

Jakarta, CNBC Indonesia - United Airlines kehilangan US$ 1,63 miliar atau Rp 23,4 Triliun (asumsi Rp 14.683/US$) selama kuartal-II 2020. Hal ini didorong oleh penurunan permintaan perjalanan udara akibat pandemi virus corona (Covid-19).
Padahal pada kuartal yang sama tahun lalu, perusahaan penerbangan asal Amerika Serikat ini berhasil membukukan laba US$ 1,05 miliar (Rp 15,4 triliun).
Pendapatan mereka juga jatuh ke US$ 1,48 miliar selama April hingga Juni, dengan penurunan 87% dari US$ 11,4 miliar di waktu yang sama tahun lalu, mengalahkan perkiraan analis sebesar US$ 1,32 miliar.
Maskapai yang berbasis di Chicago yang menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk membangun jaringan mereka, kini sedang bergulat dengan dampak jangka panjang dari pandemi Covid-19.
Selain itu, United mengatakan pihaknya akan mengurangi pembakaran uang tunai menjadi US$ 25 juta per hari pada kuartal ketiga dari rata-rata pembakaran uang harian US$ 40 juta pada kuartal kedua.
Sebelumnya, maskapai ini sudah memangkas ribuan penerbangan dan merumahkan sejumlah pesawat untuk memangkas biaya perusahaan. Mereka juga mengatakan kapasitas pada kuartal ketiga kemungkinan akan turun 65% dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu.
Pemulihan dalam perjalanan udara ditantang oleh lonjakan kasus coronavirus di sekitar AS. Serta pesanan karantina untuk pelancong yang tiba dari sejumlah negara bagian ke New York, New Jersey, Connecticut, dan di tempat lain.
United mengatakan akan secara proaktif mengevaluasi dan membatalkan penerbangan secara bergulir selama 60 hari sampai melihat tanda-tanda pemulihan dalam permintaan, yang mungkin akan terbatas sampai ada pengobatan atau vaksin untuk virus.
"United percaya itu melakukan pekerjaan terbaik untuk mencocokkan kapasitas aktual dengan permintaan di antara rekan-rekan jaringan terbesarnya," kata maskapai itu dalam rilis pendapatannya pada Selasa (21/7/2020), dikutip dari CNBC International.
"Perusahaan juga mengharapkan untuk menyelesaikan kuartal dengan membakar uang harian rata-rata terendah di antara operator jaringan besar lainnya."
United mengatakan pihaknya memperkirakan layanan penerbangannya mereka akan menjadi kurang dari setengah pada Juli, dan tidak lebih dari 15% penerbangannya akan memiliki lebih dari 70% penumpang.
Di sisi lain, United juga sudah memperingatkan 36.000 karyawan bahwa mereka bisa kehilangan pekerjaan pada musim gugur mendatang, saat persyaratan dukungan penggajian federal untuk operator berakhir pada 1 Oktober nanti.
Untuk itu, mereka mendesak karyawan untuk mengambil paket pembelian (buyout packages) dengan pembayaran hingga November. United mengatakan sekitar 6.000 karaywan telah mengajukan diri sejauh ini.
Biaya penggajian United adalah US$ 2,17 miliar pada kuartal kedua, turun 29% dari tahun lalu karena staf bekerja yang lebih sedikit akibat pengurangan jadwal penerbangan, dan staf yang mengambil cuti sukarela.
Meskipun layanan penerbangan penumpang merugi, United mengatakan pendapatan kargonya melonjak 36% dari tahun lalu menjadi US$ 402 juta setelah maskapai menambahkan lebih dari 4.800 penerbangan kargo. Unit itu menghasilkan 27% dari pendapatan United di kuartal tersebut, naik kurang dari 3% selama kuartal kedua 2019.
Pada basis per-saham yang disesuaikan, United kehilangan US$ 9,31, dibandingkan dengan kerugian $ 9,2 per-saham yang diperkirakan oleh para analis yang disurvei oleh Refinitiv. Setidaknya saham United naik 0,2% dalam perdagangan setelah jam kerja.
Maskapai itu mengatakan pihaknya memperkirakan memiliki likuiditas lebih dari US$ 18 miliar setelah meningkatkan lebih dari US$ 16 miliar sejak awal krisis Covid-19 melalui penjualan utang dan saham, serta bantuan federal.
United Airlines terdaftar di Wall Street dengan kode UAL. Kemarin, sahamnya naik 0,74 poin atau 2,29%.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waduh! Maskapai Ini Pangkas 3.400 Karyawan karena COVID-19
