
Turun 3 Hari Beruntun, Begini Nasib Batu Bara

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara termal acuan Newcastle kembali ditutup melemah pada perdagangan kemarin. Dalam tiga hari perdagangan beruntun, harga batu bara selalu ditutup dengan koreksi.
Senin (20/7/2020) harga batu bara untuk kontrak yang ramai diperdagangkan turun 1,1% ke US$ 53,9/ton. Pada periode 16 - 20 Juli 2020, harga batu bara telah terkoreksi 2,88%.
Sampai saat ini pasar masih menunggu kejelasan seputar keputusan China untuk melonggarkan kebijakan impornya lantaran harga batu bara domestik sudah terlampau mahal dan menggerus margin perusahaan utilitas secara signifikan.
Di sisi lain tekanan terus berdatangan dari berbagai arah seperti kasus infeksi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) yang terus bertambah secara global terutama di Amerika Serikat (AS) dan India.
India sebagai negara konsumen batu bara terbesar kedua setelah China kembali melaporkan adanya kenaikan kasus infeksi Covid-19. Kini India telah menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak ketiga setelah Amerika Serikat (AS) dan Brazil.
Lonjakan kasus yang tinggi di India terjadi setelah negara dengan penduduk mencapai lebih dari 1,3 miliar itu melonggarkan lokcdown pada Mei lalu. Lockdown di berbagai negara bagian rencananya akan berakhir pada 31 Juli.
Namun dengan kenaikan kasus yang signifikan ini, banyak wilayah yang justru mengetatkan pembatasan. Mobilitas yang terhambat membuat perekonomian India terancam mengalami kontraksi yang dalam.
Mengutip Argus Media, analis memperkirakan ekonomi India bakal terkontraksi hingga -7,5%. Proyeksi lain yang dilakukan oleh Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi ekonomi India bakal minus 4,5% tahun ini.
Kontraksi pada perekonomian India ini jelas menjadi ancaman bagi permintaan impor untuk minyak mentah, gas alam cair/LNG, batu bara dan berbagai komoditas yang lainnya.
Beralih ke Eropa, konsumsi batu bara masih cenderung rendah secara musiman untuk sisa tahun ini, kecuali terjadi pemulihan permintaan energi atau harga gas yang signifikan. Efisiensi tinggi pembangkit listrik tenaga batu bara Jerman tidak kompetitif dengan pembangkit berbahan bakar gas.
Berdasarkan harga gas dan batu bara Uni Eropa baru-baru ini, peralihan bahan bakar batu bara ke gas akan menjadi faktor pembatas untuk permintaan batubara dalam jangka menengah.
Impor yang lebih lemah pada tahun 2020 telah membuat stok batu bara di wilayah ARA turun sekitar 1 juta ton dari level tertinggi lebih dari 7 juta ton pada Juli 2019, sementara harga yang rendah menghalangi pemasok dari Rusia, Kolombia, dan AS untuk mengekspor ke wilayah tersebut.
Impor UE dari Rusia turun 9,3 juta ton pada tahun Januari-Mei menjadi 13,1 juta ton, dengan pasokan AS, Kolombia, dan Indonesia turun masing-masing 1,5 juta ton, 2,2 juta ton, dan 2,4 juta ton. Impor ke Belanda menyumbang 7,3 juta ton atau 35% dari penurunan, dengan Spanyol menyumbang 3,9 juta ton dan Jerman 2,8 juta ton.
Pelemahan permintaan ini membuat harga batu bara menjadi sangat rendah dan membuat produsen batu bara global menderita. Para produsen ini pada akhirnya harus memilih memangkas produksinya untuk mendongkrak harga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ukur Sentimen Pendorong Koreksi Harga Batu Bara