Dolar Nyungsep, Rupiah Cs Berjaya

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 July 2020 10:09
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun hijau di perdagangan pasar spot.

Pada Selasa (21/7/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.813. Rupiah menguat 0,13% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Sementara di pasar spot, rupiah memang dibuka stagnan di Rp 14.710/US$. Namun tidak butuh waktu lama bagi rupiah untuk menguat dan pada pukul 10:00 WIB dolar AS sudah berada di Rp 14.700 di mana rupiah menguat 0,07%.

Sama seperti rupiah, hampir seluruh mata uang utama Asia juga terapresiasi di hadapan dolar AS. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia di perdagangan pasar spot pada pukul 10: WIB:

Dolar AS memang sedang nyungsep. Tidak hanya di Asia, tetapi juga di level global. Pada pukul 09:20 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,18%.

Setidaknya ada dua isu yang membuat dolar AS terpuruk hari ini. Pertama adalah perkembangan positif dalam pembicaraan Uni Eropa seputar rencana penyelamatan ekonomi dari pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Sejak akhir pekan lalu, para pemimpin 27 negara Uni Eropa rapat maraton untuk membahas program tersebut. Setelah diskusi dan perdebatan alot selama berhari-hari, muncul kabar bahwa para pemimpin hampir menyepakati paket stimulus bernilai EUR 750 miliar (sekira Rp 12.737,49 triliun dengan kurs saat ini).

"Saya mengerti bahwa tahap-tahap akhir selalu sulit. Namun saya yakin kesepakatan bukan hal yang mustahil," ujar Charles Michel, Presiden Dewan Uni Eropa, seperti diberitakan Reuters.

"Ini adalah pertemuan yang panjang dan melelahkan. Akan tetapi hasilnya akan sepadan," tambah Michael Martin, Perdana Menteri Republik Irlandia, sebagaimana diwartakan Reuters.

Dari EUR 750 miliar dana stimulus, rencananya sekitar EUR 390 miliar (Rp 6.619,73 triliun) akan berupa hibah dan sisanya adalah pinjaman lunak. Stimulus akan diberikan sesuai proporsi, terbesar bagi negara yang dinilai terkena dampak terberat dari pandemi virus corona.

Polandia sepertinya akan menjadi negara penerimaan manfaat terbesar, kemudian disusul oleh negara-negara di sub-Mediterania seperti Spanyol dan Portugal. Negara-negara ini memang menjadi episentrum penyebaran virus corona di Benua Biru.

covidWHO

Kabar ini ini memberi harapan bahwa pendanaan untuk pemulihan ekonomi Eropa sudah berhasil diamankan. Sebuah hal yang membuat pelaku pasar kian yakin untuk tidak bermain aman, karena ada asa resesi ekonomi bisa tertangani dengan cepat.

Faktor kedua adalah berita soal pengembangan vaksin virus corona. Vaksin pertama adalah yang diproduksi oleh AstraZaneca bekerja sama dengan Oxford University. Hasil uji coba menunjukkan bahwa imun tubuh responden bekerja dengan baik tanpa efek samping yang signifikan.

Kedua adalah vaksin buatan CanSiono Biologics dan divisi riset militer China. Dari 508 orang relawan yang diuji coba, sebagian besar membuahkan hasil positif. Imun tubuh meningkat dan tidak ada efek samping yang berlebihan.

Ketiga adalah kolaborasi BioNTech dan Pfizer yang melakukan uji coba terhadap vaksin yang menggunakan Ribonucleic Acid (RNA). Vaksin mendorong sel untuk membuat protein yang menyerupai bentuk luar virus corona. Kemudian materi ini akan dianggap sebagai benda asing yang kemudian ditangkal oleh sistem imun sehingga akan ampuh untuk menghadapi virus yang sesungguhnya.

Ya, wabah virus corona memang menjadi masalah terbesar dunia saat ini. Virus itu bukan hanya menjadi tragedi kesehatan, tetapi juga ekonomi.

Jadi kalau sudah ada cara untuk memusnahkan virus corona, maka masalah bakal segera selesai. Aktivitas masyarakat akan kembali normal dan roda ekonomi berputar lagi.

Ketika harapan akan hidup normal semakin dekat dengan kenyataan, tidak heran pelaku pasar bersuka-cita. Rasa gembira itu diwujudkan dengan keberanian untuk masuk ke instrumen berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular