
Kala Resesi Melanda, Dolar Singapura Malah Tembus Rp 10.600

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura kembali menguat melawan rupiah pada perdagangan Senin (20/7/2020), menembus ke atas Rp 10.600/SG$. "Hantu" resesi yang bergentayangan sejak pekan lalu membuat dolar Singapura terus berjaya melawan rupiah.
Melansir data Refinintiv, dolar Singapura pagi ini melesat 1,43% ke Rp 10.662,93/SG$ di pasar spot. Penguatan dolar Singapura terpangkas selepas tengah hari, berada di level Rp 10.604,1/SG$ pada pukul 13:15 WIB.
Sepanjang pekan lalu, mata uang negeri Merlion ini mampu menguat 1,85%, padahal Singapura resmi mengalami resesi.
Pemerintah Singapura pada hari Selasa (14/7/2020) melaporkan perekonomian mengalami kontraksi di kuartal II-2020. Tidak tanggung-tanggung produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II-2020 berkontraksi alias minus 41,2% quarter-to-quarter (QtQ) setelah minus 3,3% di kuartal I-2020. Kontraksi pada periode April-Juni tersebut lebih buruk dari konsensus di Trading Economic sebesar -37,4%.
Sementara secara tahunan atau year-on-year (YoY) PDB minus 12,6%, juga lebih buruk dari konsensus minus 10,5% YoY. Tidak hanya lebih buruk dari konsensus, PDB tersebut juga terburuk sepanjang sejarah Negeri Merlion. Di kuartal I-2020, PDB mengalami kontraksi tipis -0,3% YoY.
Sehingga, Singapura sah mengalami resesi. Terakhir kali Singapura mengalami resesi pada tahun 2008 saat krisis finansial global.
Tetapi, kondisi resesi tersebut justru membuat rupiah tertekan. Sebabnya, rupiah merupakan aset negara emerging market yang dianggap lebih berisiko mengalami depresiasi ketika terjadi resesi.
Apalagi, "hantu" resesi juga sedang menggentayangi Indonesia. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, sebelumnya memperkirakan ekonomi April-Juni akan terkontraksi dalam kisaran -3,5% hingga -5,1%.
Sementara PDB kuartal III-2020 diramal di kisaran -1% sampai 1,2%. Itu artinya memang ada risiko Indonesia mengalami resesi di kuartal III-2020 nanti, jika Indonesia mengalami kontraksi 2 kuartal beruntun.
Kembali ke Singapura, pekan lalu sebenarnya merupakan "pengesahan". Resesi merupakan kemerosotan ekonomi di berbagai sektor, dan itu sudah terjadi sejak kuartal berjalan. Artinya dunia usaha sudah merasakan resesi tersebut. Rilis data PDB menjadi konfirmasi resesi tersebut pada pekan lalu.
Dalam kondisi tersebut, Singapura masih tetap dianggap tempat yang aman (safe place) investasi oleh Bank investasi ternama, Morgan Stanley.
"Kita bisa melihat inflow yang didukung oleh peningkatan persepsi Singapura sebagai safe place di saat terjadi ketidakpastian ekonomi dan politik regional," tulis analis Morgan Stanley, Wilson Ng dan Derek Chang, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (29/6/2020).
Aliran modal besar masuk ke Singapura di tahun ini, bahkan tren tersebut sudah terjadi sejak tahun lalu. Di bulan April deposito non-residence dilaporkan meningkat 44% YoY menjadi SG$62,14 miliar, yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Status safe place investasi tersebut terlihat saat mengalami resesi, indeks Strait Times Singapura justru menguat nyaris 5% dan dolar Singapura menguat 2% melawan dolar AS sepanjang kuartal II-2020
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
