Asing Borong Saham BRI & BCA, IHSG Melesat ke Level 5.100

Tri Putra, CNBC Indonesia
20 July 2020 09:21
Bursa Efek Indonesia (BEI) (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Bursa Efek Indonesia (BEI) (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan awal pekan Senin (20/7/20) dibuka hijau naik 0,18% di level 5.088,55, selang 5 menit IHSG masih terpantau di zona hijau, naik 0,25% di level 5.092,36.

Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 10,3 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 532 miliar.

Saham yang paling banyak dilego asing hari ini adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan jual bersih sebesar Rp 10,5 miliar dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 3 miliar.

Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing hari ini adalah PT Bank Rakyat IndonesiaTbk (BBRI) dengan beli bersih sebesar Rp 8,2 miliar dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang mencatatkan net buy sebesar Rp 6 miliar.

Berlawanan arah dengan IHSG, bursa di kawasan Asia mayoritas terpantau merah, Hang Seng Index di Hong Kong turun 0,68%, Nikkei di Jepang terdepresiasi sebesar 0,41%, sedangkan Indeks STI di Singapore terjun 0,75%.

Dari bursa acuan dunia, Wall Street Indeks Dow Jones berhasil terapresiasi 2.25% sepekan terakhir, S&P 200 reli 2,20%, dan Indeks Nasdaq terbang 1,08%.

Kenaikan Bursa AS selama sepekan terjadi meski kasus infeksi baru Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) terus meningkat di berbagai negara terutama di AS, akan tetapi kabar perkembangan terbaru kandidat vaksin Covid-19 yang jumlahnya terus bertambah dan menunjukkan hasil positif turut mendongkrak risk appetite investor. 

Kini jumlah penderita Covid-19 di seluruh dunia sudah tembus 14,3 juta orang. Korban jiwa tercatat mencapai 600 ribu orang. Paling banyak dilaporkan di AS. Pada Kamis kemarin saja, Negeri Paman Sam melaporkan ada tambahan 77 ribu kasus baru dalam 24 jam. 

Pelaku pasar mencemaskan kondisi ini yang dapat berujung pada kembali diterapkannya lockdown. Namun pemerintah dan bank sentral global seolah tak mau membiarkan ekonomi jatuh lebih dalam.

Federal Reserves, bank sentral AS dikabarkan akan tetap melakukan pembelian aset-aset keuangan dengan laju US$ 120 miliar per bulan.

Bank sentral yang dipimpin oleh Jerome Powell tersebut kini sedang mengkaji kebijakan moneter selain pelonggaran kuantitatif (QE) untuk menginjeksi likuiditas ke perekonomian dan menjaga agar biaya meminjam tetap rendah untuk jangka waktu yang cukup panjang.

Beralih ke Eropa, meski bank sentralnya tak mengutak-atik suku bunga acuan dan tak ada yang istimewa terkait program QE yang diterapkan, pihaknya menegaskan bahwa mereka akan terus berusaha menginjeksi likuiditas agar perekonomian tidak semakin jatuh ke dalam jurang resesi.

Program QE yang ditembuh oleh ECB diberi nama Pandemic Emergency Purchase Program (PEPP). Bank sentral yang dipimpin oleh Christine Lagarde tersebut bulan lalu menambah pembelian aset keuangan sebesar 600 miliar euro sehingga membuat total alokasi pembelian mencapai 1,3 triliun euro. 

Selanjutnya, bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) yang baru saja mengumumkan suku bunga acuan pada siang. Sesuai dengan konsensus Trading Economic, PBoC masih mempertahankan Loan Prime Rate tenor 1 tahun di 3,85% dan tenor 5 tahun di 4,65%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular