
Wall Street Hijau, Bisa Gak IHSG Tembus 5.100 Hari Ini?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan awal pekan ini, Senin (20/7/2020) berpeluang menghijau yang mendapat angin segar atau harapan dari naiknya bursa saham Amerika Serikat (AS) kontrak berjangka (futures).
Sebelumnya, pada perdagangan akhir pekan lalu yakni Jumat (17/7/2020) IHSG tidak berdaya untuk masuk zona merah, dengan penurunan yang sebesar 18,79 poin atau 0,37% menjadi 5.079,58 setelah PSBB transisi mengalami perpanjangan guna memitigasi penyebaran Covid-19.
Berdasarkan catatan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai transaksi pada perdagangan Jumat kemarin mencapai Rp 7,1 triliun, investor asing pun masih membukukan jual bersih (net sell) sebesar Rp 400,68 miliar di pasar reguler dan negosiasi.
Ada sebanyak 235 saham yang mengalami penurunan, sementara sebanyak 190 saham naik dan 162 stagnan.
Saham-saham yang menurun di antaranya saham PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) (-6,98%), PT envy Technologies Indonesia Tbk (ENVY) (-4,13%), PT Elnusa Tbk (ELSA) (-4,10%), sedangkan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) (-3,13%) dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) (-2,48%).
Saham yang paling banyak dilego asing Jumat kemarin adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan jual bersih sebesar Rp 193 miliar dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 206 miliar.
Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing adalah PT Astra InternasionalTbk (ASII) dengan beli bersih sebesar Rp 85 miliar dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) yang mencatatkan net buy sebesar Rp 9 miliar.
Meskipun IHSG terpuruk pada perdagangan akhir pekan, namun sepekan kemarin IHSG membukukan penguatan sebesar 0,96% dan menjadi yang tebaik ketiga di kawasan Benua Kuning tersebut setelah indeks Topix Jepang dan indeks Kospi yang masing-masing mencatatkan kenaikan 2,52% dan 2,37%.
Sentimen IHSG sepekan kemarin datang dari kandidat vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh Moderna yakni mRNA-1273. Di mana hasil uji klinis tahap I sudah dipublikasikan di New England Journal of Medicine.
Dari 45 peserta uji coba kandidat vaksin, semuanya terbukti mampu menghasilkan antibodi setelah kandidat mRNA-1273 diinjeksikan ke tubuh mereka. Pada percobaan putaran kedua antibodi penetral Covid-19 bahkan mulai dihasilkan.
Selain itu, berbagai rilis data ekonomi penting seperti pertumbuhan ekonomi China yang positif hingga neraca dagang RI yang surplus US$ 1,27 miliar mengindikasikan bahwa ekonomi sedang berada pada jalur pemulihan. Tak luput sebagai penopang pasar ekuitas yaitu pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang sebesar 25 basis poin ke level terendah 4% menjadi sentimen positif IHSG.
Sementara dari bursa saham Amerika Serikat (AS), yaitu Wall Street yang menjadi barometer atau acuan bursa saham global pada penutupan perdagangan akhir pekan di Jumat kemarin (Sabtu pagi waktu Indonesia) berakhir variatif.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 62,76 poin atau 0,2% menjadi 26.671,95, Nasdaq naik 29,36 poin atau 0,3% menjadi 10.503,19 dan S&P 500 naik 9,16 poin atau 0,3% menjadi 3.224,73. Sedangkan untuk sepekan kemarin Nasdaq merosot 1,1%, sementara S&P 500 melonjak 1,2% dan Dow Jones melonjak 2,3%.
Perdagangan berombak di Wall Street terjadi karena para pelaku pasar umumnya tetap optimis tentang prospek ekonomi tetapi fokus utama seputar penyebaran Covid-19 yang mengkhawatirkan terus mengganggu.
Pada catatan pukul 06:40 WIB, kontrak berjangka (futures) indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,14% pada 26.557, sedangkan S&P 500 menguat 0,12% menjadi 3.218 dan Nasdaq Composite 100 naik 0,16% pada 10.639.
Pada perdagangan pagi ini Senin (20/7/2020) penguatan bursa Wall Street kontrak berjangka (futures) kemungkinan menjadi angin segar IHSG untuk bisa masuk zona hijau.
![]() Analisis Teknikal |
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di antara area pivot dan support, dengan garis BB yang sedikit melebar, maka pergerakan selanjutnya masih terkoreksi.
Untuk melanjutkan penurunan dari sesi sebelumnya, perlu melewati level support selanjutnya yang berada di area 5.060 hingga area 5.030. Sementara untuk merubah bias menjadi bullish perlu melewati level resistance yang berada di area 5.100 hingga area 5.140.
Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang berpotongan di wilayah positif, maka kecenderungan pergerakan untuk menurun atau koreksi.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 50, dengan garis yang bergerak turun, maka IHSG berpotensi masih koreksi lebih lanjut.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di antara area pivot dan support dengan garis yang sedikit melebar, maka pergerakan selanjutnya kemungkinan masih koreksi, hal ini juga terkonfirmasi dengan MACD dan RSI yang sudah overbought.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500