
Alert! Rupiah Disikat Mata Uang Asia Hingga Eropa

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Nilai tukar rupiah keok di pekan ini, tidak hanya melawan dolar Amerika Serikat (AS) tetapi juga melawan mata uang Asia hingga Eropa. Meningkatnya risiko resesi di Indonesia menjadi penekan utama rupiah di pekan ini.
Melawan dolar AS, rupiah sepanjang pekan ini melemah 1,81% dan berada di level terlemah 2 bulan. Sementara melawan mata uang Asia, rupiah paling terpukul berhadapan dengan rupee India, pelemahan yang dicatat sebesar 2,2%. Sementara pelemahan terendah tercatat melawan baht Thailand sebesar 0,72%.
Melawan mata uang Eropa, rupiah melemah nyaris 3% melawan euro, dan 1,27% melawan poundsterling.
Rata-rata pelemahan rupiah melawan mata uang Asia hingga Eropa sebesar 1,8% di pekan ini, gak selow..
Pada Kamis (17/7/2020) sore, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan memperpanjang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi selama 14 hari, akibat penyebaran kasus penyakit virus corona yang masih cukup tinggi. PSSB transisi yang terus diperpanjang tersebut berisiko membuat pemulihan ekonomi Indonesia berjalan lebih lambat dan lama.
Di hari yang sama dengan pengumuman perpanjangan PSBB transisi tersebut, Bank Dunia merilis laporan Indonesia Economic Prospects edisi Juli 2020. Laporan itu diberi judul The Long Road to Recovery atau jalan jalan menuju pemulihan.
Lembaga yang berkantor pusat di Washington DC (Amerika Serikat) itu memperkirakan ekonomi Indonesia tidak tumbuh alias 0%. Namun Bank Dunia punya skenario kedua, yaitu ekonomi Indonesia mengalami kontraksi -2% pada 2020 jika resesi global ternyata lebih dalam dan pembatasan sosial (social distancing) domestik lebih ketat.
"Ekonomi Indonesia bisa saja memasuki resesi jika pembatasan sosial berlanjut pada kuartal III-2020 dan kuartal IV-2020 dan/atau resesi ekonomi dunia lebih parah dari perkiraan sebelumnya," tulis laporan Bank Dunia.
Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, sebelumnya memperkirakan ekonomi April-Juni akan terkontraksi dalam kisaran -3,5% hingga -5,1%.
Sementara PDB kuartal III-2020 diramal di kisaran -1% sampai 1,2%. Itu artinya memang ada risiko Indonesia mengalami resesi di kuartal III-2020 nanti.
Juli merupakan awal kuartal III-2020, jika PSBB transisi terus berlanjut, artinya masih belum semua sektor ekonomi yang dibuka, maka ada risiko pertumbuhan ekonomi minus. Maklum saja, DKI Jakarta berokontribusi sebesar 29% terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional di tahun 2019.
Sehingga jika PDB minus lagi di kuartal III-2020, maka Indonesia akan resmi mengalami resesi, mengingat pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 diproyeksikan mengalami kontraksi. Rupiah pun akhirnya tertekan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mata Uang Terbaik Bulan Juli Jatuh Kepada......