
Seandainya RI Resesi, Mata Uang Apa yang Bisa Jadi Investasi?

Saat resesi melanda, aset-aset berisiko seperti bursa saham ada kemungkinan akan berguguran. Ketika resesi terjadi, aktivitas ekonomi akan menurun, konsumsi masyarakat juga berkurang, sehingga pendapatan maupun laba perusahaan akan tergerus. Sehingga, para investor akan lebih berhati-hati dan memilih bermain aman.
Saat itu terjadi, aset-aset aman (safe haven) yang akan menjadi incaran. Emas menjadi aset safe haven yang paling populer, tetapi ada juga mata uang yang dianggap safe haven. Dolar AS, sudah pasti dianggap sebagai safe haven, sebagai mata uang yang paling banyak ditransaksikan di dunia, dan dari Negeri Adikuasa. Sebagai mata uang yang paling banyak ditransaksikan di dunia, tentunya juga diterima di berbagai negara.
Tetapi selain dolar AS, ada 2 lagi mata uang yang lebih safe haven, yakni franc Swiss dan yen Jepang. Sebelum tahun ini, resesi yang masih paling segar di ingatan kita tentunya saat krisis finansial global 2008.
Perekonomian Indonesia memang masih mampu tumbuh, tetapi tidak dengan perekonomian negara-negara barat, khususnya AS. Sang negara Adikuasa dengan nilai perekonomian terbesar di mengalami resesi setelah PDB mengalami kontraksi dalam 4 kuartal beruntun, mulai kuartall III-2008 hingga kuartal II-2020. Saat itu, kontraksi ekonomi paling tajam terjadi di kuartal IV-2008 sebesar -6,3%.
Berdasarkan data Refinitiv, sepanjang 2008 rupiah mengalami pelemahan 15,55% melawan dolar AS. Puncak terlemah rupiah yang dilihat dari level penutupan perdagangan di Rp 12.150/US$ atau melemah 29,39% year-to-date (YTD) yang dicapai pada 1 Desember 2008. Di akhir tahun itu, rupiah berada di level Rp 10.850/US$.
Sementara itu, berhadapan dengan franc Swiss, rupiah ambrol 22,69% sepanjang 2008, berakhir di level Rp 10.159,18/CHF. Titik terlemah rupiah di level Rp 10.382,26/CHF yang dicapai pada 29 Desember, saat itu rupiah melemah 25,38% YTD.
Jawara safe haven, yen Jepang menjadi sangat digdaya. Rupiah dibuat ambrol 42,08% di tahun 2008. Posisi akhir 2008 di Rp 119,76/JPY, bandingkan dengan posisi akhir 2007 di Rp 84,29/JPY.
Titik terlemah rupiah di Rp 128,56/JPY yang dicapai pada 1 Desember 2008, kala itu Mata Uang Garuda ambrol 52,52% YTD.
Mata uang yen Jepang dianggap sebagai salah satu aset safe haven karena status Jepang memiliki surplus current account yang besar sehingga memberikan jaminan stabilitas bagi mata uangnya.
Selain itu Negeri Matahari Terbit merupakan negara kreditor terbesar di dunia.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan Jepang yang dikutip Reuters, jumlah aset asing yang dimiliki pemerintah, swasta, dan individual Jepang mencapai US$ 3,4 triliun di akhir tahun 2019, naik 6,7% dari tahun 2018. Status negara kreditor tersebut mampu dipertahankan dalam 29 tahun berturut-turut.
Jumlah aset asing yang dimiliki oleh Jepang tersebut 1,2 kali lebih banyak dari Jerman yang merupakan negara kreditor terbesar kedua di dunia.
Saat terjadi kemerosotan ekonomi secara global seperti saat ini atau gejolak geopolitik, maka para investor asal Jepang akan merepatriasi dananya di luar negeri, sehingga arus modal kembali masuk ke Negeri Matahari Terbit tersebut, dan yen menjadi begitu perkasa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]
