PSBB Diperpanjang Bikin Dana Asing Kabur, IHSG Akhirnya KO

Tri Putra, CNBC Indonesia
17 July 2020 15:56
Pengunjung melintas dan mengamati pergerakan layar elektronik di di Jakarta, Selasa (2/1/2018).
Foto: Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan akhir pekan Jumat (17/7/20) ditutup merah turun 0,37% di level 5.079,58.

Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 519 juta di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 7,1 triliun.

Kebijakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memperpanjang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dua minggu, membuat investor ragu untu masuk ke pasar modal

"Maka akan amat berisiko melonggarkan PSBB transisi fase I, kami memutuskan untuk memperpanjang fase I PSBB transisi sampai 2 pekan," kata Anies dikutip dari YouTube, Kamis (16/7).

Ia mengatakan selama pekan ini telah terjadi peningkatan positivity ratio jadi 5,9% dari hasil tes artinya harus lebih waspada. Angka ini memang masih di bawah rata-rata nasional yang mencapai 12%.

"Namun ini di atas ambang yang direkomendasikan WHO," kata Anies.

Kasus covid-19 di Jakarta memang masih tinggi, pada hari ini saja ada DKI Jakarta ada 312 kasus baru. Sebelumnya sempat ada rekor kasus pada 12 Juli 2020 sebanyak 404 kasus baru.

Saham yang paling banyak dilego asing hari ini adalah PT Bank Rakyat IndonesiaTbk (BBRI) dengan jual bersih sebesar Rp 193 miliar dan PT Telekomumikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 206 miliar.

Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing hari ini adalah PT Astra InternasionalTbk (ASII) dengan beli bersih sebesar Rp 85 miliar dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) yang mencatatkan net buy sebesar Rp 9 miliar.

Sementara itu, bursa di kawasan Asia terpantau bervariatif, Hang Seng Index di Hong Kong naik 0,47%, Nikkei di Jepang terdepresiasi sebesar 0,32%, sedangkan Indeks STI di Singapore turun tipis 0,12%.

Kabar baru dari Benua Biru, petinggi negara-negara Uni Eropa akan melakukan pertemuan untuk membicarakan tambahan stimulus dana pemulihan ekonomi akibat pandemi corona setelah dana sekarang yang sebesar 750 miliar euro dirasa kurang yang menandakan kebijakan fiskal antara negara-negara Uni Eropa akan berjalan semakin beriringan.

Presiden Bank Sentral Eropa, Christine Lagarde mengatakan bahwa stimulus lanjutan sangat diperlukan untuk melawan ketidakpastian dalam melawan pandemi virus Covid-19 ini.

Beralih ke bursa saham AS (Wall Street) berakhir merah pada perdagangan Kamis kemarin, Indeks Dow Jones melemah 0,5%, S&P 500 minus 0,34%, dan Nasdaq -0,73%. Sementara indeks kontrak berjangka Dow Futures naik 0,23%.

Data yang dirilis kemarin sebenarnya cukup apik, Departemen Perdagangan AS melaporkan penjualan ritel di bulan Juni naik 7,5% month-on-month (MoM). Meski jauh lebih rendah dari kenaikan bulan sebelumnya 17,7% MoM, tetapi masih lebih tinggi dari hasil polling Reuters sebesar 5% MoM. 

Sementara itu penjualan ritel inti, yang tidak memasukkan sektor otomotif naik 7,3% MoM dari sebelumnya yang melesat 12,4% MoM, juga lebih tinggi dari polling Reuters 5% MoM.

Kenaikan tajam di bulan Mei terbilang wajar, sebabnya pada bulan-bulan sebelumnya penjualan ritel minus akibat kebijakan social distancing serta lockdown yang membuat roda bisnis melambat signifikan bahkan mati suri. Sehingga ketika social distancing dilonggarkan dan lockdown dihentikan, penjualan ritel langsung melesat.

Selain data penjualan ritel yang pertumbuhannya cukup apik, aktivitas manufaktur wilayah Philadelphia juga menunjukkan ekspansi 2 bulan beruntun. Data yang dirilis The Fed Philadelphia menunjukkan indeks aktivitas manufaktur sebesar 24,1, lebih tinggi dari hasil polling Reuters sebesar 20, meski melambat dari bulan sebelumnya 27,5.

Indeks manufaktur dari The Fed Philadelphia menggunakan angka 0 sebagai ambang batas, angka positif berarti ekspansi sementara negatif berarti kontraksi.

Hanya 1 data yang sedikit mengecewakan yakni klaim awal tunjangan pengangguran yang bertambang sebanyak 1,3 juta orang, lebih banyak dari polling Reuters 1,25 juta orang.

Sementara itu dari dalam negeri isu resesi masih terus menghantui. Kemarin, Bank Dunia merilis laporan Indonesia Economic Prospects edisi Juli 2020. Laporan itu diberi judul The Long Road to Recovery atau jalan jalan menuju pemulihan.

Lembaga yang berkantor pusat di Washington DC (AS) itu memperkirakan ekonomi Indonesia tidak tumbuh alias 0%. Namun Bank Dunia punya skenario kedua, yaitu ekonomi Indonesia mengalami kontraksi -2% pada 2020 jika resesi global ternyata lebih dalam dan pembatasan sosial (social distancing) domestik lebih ketat.

"Ekonomi Indonesia bisa saja memasuki resesi jika pembatasan sosial berlanjut pada kuartal III-2020 dan kuartal IV-2020 dan/atau resesi ekonomi dunia lebih parah dari perkiraan sebelumnya," tulis laporan Bank Dunia.

Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, sebelumnya memperkirakan ekonomi April-Juni akan terkontraksi dalam kisaran -3,5% hingga -5,1%.

Sementara PDB kuartal III-2020 diramal di kisaran -1% sampai 1,2%. Itu artinya memang ada risiko Indonesia mengalami resesi di kuartal III-2020 nanti.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular