Resmi Resesi, Kurs Dolar Singapura Malah Terbang Tinggi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 July 2020 11:12
FILE PHOTO: A Singapore dollar note is seen in this illustration photo May 31, 2017.     REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Foto: Dollar Singapur (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura melemah melawan rupiah pada perdagangan Kamis (16/7/2020) pagi. Kemarin mata uang Negeri Merlion ini menguat tajam hingga menyentuh level tertinggi 2 bulan, padahal Singapura sudah resmi mengalami resesi.

Pada pukul 10:20 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.453,34, dolar Singapura melemah 0,33% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Kemarin, dolar Singapura menguat 1,6% dan mencapai level tertinggi sejak 12 Mei.

Selasa lalu, Singapura resmi mengalami resesi setelah Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami kontraksi di kuartal II-2020. Tidak tanggung-tanggung PDB pada kuartal II-2020 minus 41,2% quarter-to-quarter (QtQ) setelah minus 3,3% di kuartal I-2020.

Sementara secara tahunan atau year-on-year (YoY) PDB minus 12,6%, juga lebih buruk dari konsensus minus 10,5% YoY. Tidak hanya lebih buruk dari konsensus, PDB tersebut juga terburuk sepanjang sejarah Negeri Merlion. Di kuartal I-2020, PDB mengalami kontraksi tipis -0,3% YoY. 

Suatu negara dikatakan mengalami resesi ketika PDB minus dalam 2 kuartal beruntun. Sehingga, Singapura sah mengalami resesi. Terakhir kali Singapura mengalami resesi pada tahun 2008 saat krisis finansial global.

Meski mengalami resesi, nyatanya dolar Singapura mampu menguat tajam melawan rupiah. Sebabnya, rupiah sedang tertekan akibat Bank Indonesia (BI) yang diprediksi akan memangkas suku bunga acuan pada hari ini.

Penurunan suku bunga dapat membantu perekonomian berputar lebih cepat dan segera bangkit dari kemerosotan akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19). Sehingga saat BI memangkas suku bunga, rupiah cenderung menguat. 

Tetapi kali ini tidak seperti biasanya, peluang pemangkasan suku bunga oleh BI direspon negatif oleh pasar. Sebabnya, saat suku bunga dipangkas, imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) tentunya juga akan menurun. Sehingga daya tarik investasi menjadi menurun, aliran modal ke dalam negeri berisiko seret, rupiah pun kehabisan "bensin".

Sementara pagi tadi, Pemerintah China hari ini melaporkan data produk domestic bruto (PDB) China periode April-Juni yang tumbuh 3,2% YoY. Pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dari hasil polling Reuters menunjukkan PDB diperkirakan tumbuh 2,5% YoY.

Pertumbuhan tersebut tentunya menandai kebangkitan ekonomi China, setelah berkontraksi alias minus 6,8% YoY di kuartal I-2020, menjadi yang terburuk sepanjang sejarah.

China merupakan negara dengan nilai ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS. Saat roda perekonomiannya mulia berputar kencang lagi, negara-negara lain yang merupakan mitra dagang China tentunya juga akan menggeliat, termasuk Indonesia. Rupiah mendapat Tenaga untuk menguat, meski masih menanti pengumuman BI siang nanti.


TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular