Ekonomi China Bangkit, Harga Batu Bara Siap Terbang?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
16 July 2020 11:37
Coal piles are seen at a warehouse of the Trypillian thermal power plant, owned by Ukrainian state-run energy company Centrenergo, in Kiev region, Ukraine November 23, 2017. Picture taken November 23, 2017. REUTERS/Valentyn Ogirenko
Foto: REUTERS/Valentyn Ogirenko

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali ditutup dengan penguatan pada perdagangan kemarin. Kabar baik yang datang dari China berpotensi untuk mengerek harga batu bara lebih tinggi. 

Pada perdagangan Rabu (15/7/2020) harga batu bara acuan Newcastle untuk kontrak yang ramai ditransaksikan menguat tipis 0,18% ke US$ 55,5/ton. Sebelumnya harga batu bara ditutup di US$ 55,4/ton. 

Kabar China yang berpotensi melonggarkan kebijakan impor batu baranya membuat harga terangkat. 

Mengutip Argus Media, Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional China (NDRC) dikabarkan berpeluang untuk melonggarkan kuota impor batu bara Negeri Tirai Bambu seiring dengan tingginya harga batu bara domestik yang turut menggerus laba perusahaan utilitas. 

Data Refinitiv menunjukkan, harga batu bara acuan Newcastle dengan nilai kalori 6,322 kCal GAR spot FOB turun 0,1% pekan lalu ke US$ 52,4/ton. Ketika harga batu bara acuan Newcastle turun, harga batu bara patokan China justru mengalami kenaikan.

Pada saat yang sama pekan lalu, harga batu bara domestik China untuk acuan Qinhuangdao diperdagangkan di RMB 592 atau US$ 85,43/ton. Harga ini jauh lebih tinggi dari harga batu bara Newcastle.

Harga batu bara domestik Negeri Panda telah terkerek naik oleh peningkatan permintaan saat musim panas, kuota impor yang mulai kadaluwarsa dan pemangkasan output domestik.

Kuota impor pada beberapa pelabuhan China sudah kadaluwarsa untuk tahun 2020 ini, sehingga memaksa perusahaan utilitas untuk bertumpu pada pasokan domestik untuk restocking. 

Pada kondisi normal harga batu bara domestik yang lebih tinggi akan memicu perusahaan utilitas Negeri Tirai Bambu akan mengimpor lebih banyak batu bara dari luar. Namun sempat terdengar kabar bahwa di paruh kedua tahun ini, China akan mulai membatasi impor batu baranya dan beralih ke pasokan domestik.

Harga batu bara domestik China yang sudah sangat tinggi akibat naiknya permintaan dan pasokan yang terbatas membuat laba perusahaan utilitas tergerus. 

Kondisi ini menjadi tantangan bagi NDRC karena harus mempertimbangkan perusahaan tambang batu bara domestik sekaligus perusahaan utilitas lokal. NDRC kini mendorong para produsen untuk meningkatkan produksinya guna memenuhi permintaan yang tinggi.

Pelaku pasar kini menunggu kepastian dari kabar yang beredar ini. Jika memang benar NDRC akan melakukan relaksasi impor, maka kebijakan ini akan membuat harga batu bara terkerek naik (bullish factor).

Selain kabar tersebut, ada kabar baik lain dari China selaku konsumen batu bara terbesar di dunia. Pada kuartal kedua tahun ini ekonomi China mampu tumbuh 3,2% (yoy) ketika mayoritas negara lain di dunia berada di ambang resesi. 

Angka tersebut berada di atas konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan ekonomi China hanya akan tumbuh 2,5% pada kuartal kedua tahun ini. Terlepasnya China dari belenggu pandemi membuat ekonominya berangsur membaik terutama di kuartal kedua tahun ini. 

Dalam kondisi kebangkitan ekonominya, jika China memutuskan untuk membuka kembali keran impor batu bara maka harga komoditas energi primer unggulan Australia dan Indonesia ini akan terangkat. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Rata-Rata Batu Bara Diproyeksi Lebih Rendah Pada 2020

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular