Berkat China, Kurs Dolar Australia Rontok ke Rp 10.170

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 July 2020 10:45
An Australia Dollar note is seen in this illustration photo June 1, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration
Foto: Dolar Australia (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia melemah melawan rupiah pada perdagangan Kamis (16/7/2020) pagi, turun dari level tertinggi 1,5 tahun yang dicapai kemarin. China yang melaporkan perekonomiannya tumbuh di kuartal II-2020 memberikan sentimen positif ke rupiah.

Pada pukul 9:14 WIB, AU$ 1 setara Rp 10,170,45, dolar Australia melemah 0,43% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Kemarin, Mata Uang Kanguru ini melesat 1,87% dan mencapai level tertinggi sejak Januari 2019.

Pemerintah China hari ini melaporkan data produk domestic bruto (PDB) China periode April-Juni yang tumbuh 3,2% year-on-year (YoY. Pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dari hasil polling Reuters menunjukkan PDB diperkirakan tumbuh 2,5% YoY.

Pertumbuhan tersebut tentunya menandai kebangkitan ekonomi China, setelah berkontraksi alias minus 6,8% YoY di kuartal I-2020, menjadi yang terburuk sepanjang sejarah.

China merupakan negara dengan nilai ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS. Saat roda perekonomiannya mulia berputar kencang lagi, negara-negara lain yang merupakan mitra dagang China tentunya juga akan menggeliat, termasuk Indonesia.

Perekonomian China juga membentuk kurva V-Shape, artinya merosot tajam kemudian pulih dengan cepat tentunya akan semakin besar. Itu bisa menjadi gambaran bagi negara-negara lainnya, saat virus corona berhasil diredam penyebarannya, perekonomian akan segera bangkit.

Kabar dari China tersebut sebenarnya memberikan sentimen positif juga ke dolar Australia, mengingat Negeri Kanguru merupakan salah satu mitra strategis China.

Tetapi, data ekonomi dari dalam negeri menjadi kabar buruk bagi dolar Australia. Biro Statistik Australia melaporkan tingkat pengangguran Australia melesat naik menjadi 7,4% dari bulan sebelumnya 7,1%. Tingkat pengangguran di bulan Juni tersebut merupakan yang tertinggi sejak Mei 1998.

Pandemi penyakit virus corona (Covid-19) menjadi penyebab kenaikan tingkat pengangguran di Australia, bahkan di seluruh dunia. Australia sebenarnya sudah sukses meredam penyebaran virus corona, kebijakan karantina (lockdown) pun dilonggarkan pada bulan Juni lalu.

Tetapi, belakangan ini jumlah kasus Covid-19 kembali meningkat khususnya di Negara Bagian Victoria dan New South Wales. Alhasil, kota Melbourne di Victoria yang menjadi hotspot penyebaran kembali di-lockdown sejak 9 Juli lalu.

Sebanyak 5 juta warga Melbourne dilarang meninggalkan rumah selama 6 pekan ke depan, kecuali karena alasan penting. Akibatnya, pemulihan ekonomi Australia terancam terganggu.


TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular