
Tony Fernandes Yakin Industri Penerbangan Asia Cepat Bangkit!

Jakarta, CNBC Indonesia - Penerbangan merupakan salah satu industri yang paling merugi atas munculnya pandemi virus corona (Covid-19). Namun hal itu tak membuat salah satu maskapai bersikap pesimis.
Tony Fernandes misalnya. CEO AirAsia itu yakin maskapai bertarif murah di Asia tersebut dapat bangkit kembali ke posisi menguntungkan pada tahun 2021.
"(Target itu) terdengar sangat omong kosong, tetapi saya sudah melalui banyak, banyak krisis sebelumnya," kata Fernandes dalam wawancara CNBC Street Signs Asia, Rabu (15/7/2020).
Fernandes menjelaskan bahwa otoritas Asia telah menjadi "jauh lebih pintar" dalam cara mereka menangani wabah penyakit Covid-19. Hal ini membantu industri penerbangan di kawasan Asia dapat pulih dengan cara yang "lebih berkelanjutan".
"Saya pikir itu memberi saya banyak kepercayaan pada beberapa pernyataan bullish saya," tambahnya.
Aturan penguncian (lockdown) berbagai negara membuat permintaan perjalanan udara terhenti secara mendadak. Berbagai maskapai di dunia harus berjuang mempertahankan finansial mereka, dengan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan meminta bantuan pemerintah.
Nasib AirAsia yang berbasis di Malaysia tidak jauh berbeda. AirAsia pada awal bulan ini melaporkan kerugian bersih 803,8 juta ringgit Malaysia atau setara dengan Rp 2,7 triliun (asumsi Rp 3.413/ringgit) pada kuartal pertama.
Menurut laporan Reuters yang mengutip data Refinitiv, total tersebut merupakan kerugian kuartal pertama terbesar maskapai ini sejak terdaftar di bursa saham Malaysia pada November 2004.
Pekan lalu, auditor EY mengeluarkan opini audit yang meragukan masa depan AirAsia, mengingat kemerosotan permintaan perjalanan udara pada masa pandemi. Saham perusahaan juga jatuh 17,5% setelah rilis opini audit.
Fernandes mengatakan kepada bahwa para auditor memberikan "pandangan yang sangat adil" . Tetapi menegaskan bahwa maskapai ini "sedang dalam perjalanan" untuk mengumpulkan dana yang dibutuhkan guna memastikan kelangsungan hidupnya.
Dia menambahkan bahwa dana bisa datang dalam bentuk pinjaman pemerintah, lebih banyak penerbitan ekuitas, atau utang. Jumlah yang ingin dinaikkan perusahaan adalah "target yang bergerak," katanya, seraya menambahkan bahwa ia akan "sangat nyaman dengan satu miliar" ringgit dan "super, sangat nyaman dengan 2 miliar ringgit."
CEO ini juga mengatakan ketika maskapai melanjutkan beberapa penerbangannya, margin bisa lebih baik dibandingkan dengan periode pra-pandemi.
AirAsia sendiri sudah memulai kembali sekitar 50% dari penerbangan domestik di Malaysia, dan dapat segera kembali terbang ke negara tetangga Singapura, sebab kedua pemerintah berencana untuk mengizinkan perjalanan antara kedua negara, menurut Fernandes.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Pandemi, Laba Airasia Anjlok 268%