Parah! Dolar Australia ke Level Tertinggi 1,5 Tahun Rp 10.222

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 July 2020 15:23
Australian dollar notes and coins can be seen in a cash register at a store in Sydney, Australia, February 11, 2016. REUTERS/David Gray
Foto: dollar Australia (REUTERS/David Gray)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat tajam pada perdagangan Rabu (15/7/2020) hingga mencapai level tertinggi dalam satu setengah tahun.

Rupiah sedang loyo akibat risiko memanasnya hubungan Amerika Serikat (AS) dan China. Selain itu rupiah juga menanti pengumuman suku bunga Bank Indonesia (BI) Kamis besok.

Berdasarkan data Refinitiv, dolar Australia hari ini menguat nyaris 2% ke Rp 10.222,34/AU$, yang merupakan level tertinggi sejak Januari 2019. Posisi tersebut sedikit terpangkas, dolar Australia berada di level Rp 10.211,24/AU$, menguat 1,86% di pasar spot.

Presiden Trump, pada Selasa waktu setempat (dini hari tadi waktu Indonesia) telah menandatangani undang-undang yang memberikan sanksi ke China karena melakukan intervensi otonomi Hong Kong.

Trump juga menandatangani keputusan presiden (Keppres) yang menghentikan perlakukan khusus yang selama ini diterima Hong Kong.

"Hong Kong kini akan diperlakukan sama seperti China. Tidak ada keistimewaan, tidak ada perlakukan ekonomi khusus, dan tidak ada transfer teknologi. Sebagai tambahan, seperti yang ada tahu, kita akan mengenakan bea importasi (ke Hong Kong) dan sudah mengenakan bea importasi yang besar ke China" kata Trump, sebagaimana dilansir CNBC International.

Memanasnya hubungan AS-China adalah kabar buruk di tengah situasi ekonomi yang sangat buruk akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19).
Sebelumnya Presiden Trump juga mengatakan saat ini ia tidak berfokus pada peluang terjadinya kesepakatan dagang fase II dengan China. Trump menambahkan hubungan dengan China sudah "sangat rusak" akibat pandemi Covid-19.

Tetapi yang paling menekan rupiah hari ini adalah kemungkinan BI memangkas suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate besok. Hasil survei Reuters menunjukkan 14 dari 26 ekonom memprediksi BI akan memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 4%.

"BI memiliki ruang yang cukup besar untuk memangkas suku bunga 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps," kata Anthony Kevin, ekonom di Mirae Asset Indonesia, sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (15/7/2020).

"BI baru memangkas suku bunga sebesar 75 bps, jauh di bawah The Fed 150 bps, juga jauh di bawah bank sentral lainnya," tambahnya.

Saat suku bunga dipangkas, imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) tentunya juga akan menurun. Sehingga daya tarik investasi menjadi menurun, aliran modal ke dalam negeri berisiko seret, rupiah pun kehabisan "bensin".

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular