Analisis Teknikal

Rupiah, 'Disetir' Sentimen Vaksin Corona atau Mr. Trump?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 July 2020 08:55
Presiden Donald Trump konferensi pers COVID-19. AP/Alex Brandon
Foto: Presiden Donald Trump konferensi pers COVID-19. AP/Alex Brandon

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah 0,17% melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (14/7/2020) kemarin. Singapura yang resmi mengalami resesi mengirim hawa negatif ke pasar.

Pada hari ini, Rabu (15/7/2020), rupiah berpeluang menguat, tetapi juga ada tekanan yang bisa membuat melemah.

Kabar bagus datang dari update vaksin virus corona yang dibuat oleh Moderna. Vaksin potensial yang sedang dalam uji klinis tersebut dilaporkan mampu menghasilkan imun yang "kuat" terhadap semua partisipan, yang jumlahnya 45 orang.

Ke 45 orang tersebut menghasilkan antibody penawar, yang menjadi hal penting untuk perlindungan melawan virus, menurut para ilmuwan. Setiap pasien dalam uji klinis tersebut diberi dosis 25, 100, atau 250 mikrogram, dan mendapat 2 kali dosis.

Pasien yang sudah mendapat 2 kali vaksin tersebut akan diawasi oleh Moderna selama 1 tahun. Selain itu, Moderna juga mengatakan akan melakukan uji klinis terhadap 30.000 partisipan pada 27 Juli mendatang.

Jika rupiah terpengaruh kabar dari Moderna tersebut, maka peluang menguat terbuka lebar.

Sementara itu sentimen negatif datang dari Presiden AS, Donald Trump, yang telah menandatangani undang-undang yang memberikan sanksi ke China karena melakukan intervensi otonomi Hong Kong.

Trump juga menandatangani perpres yang menghentikan perlakukan khusus yang selama ini diterima Hong Kong.

"Hong Kong kini akan diperlakukan sama seperti China. Tidak ada keistimewaan, tidak ada perlakukan ekonomi khusus, dan tidak ada transfer teknologi. Sebagai tambahan, seperti yang ada tahu, kita akan mengenakan bea importasi (ke Hong Kong) dan sudah mengenakan bea importasi yang besar ke China" kata Trump, sebagaimana dilansir CNBC International.

Hubungan AS-China bisa jadi semakin memburuk akibat sanksi yang diberikan Trump tersebut. Efeknya, tentu saja sentimen negatif ke pasar keuangan.

Secara teknikal penguatan pelemahan rupiah yang disimbolkan USD/IDR kemarin belum merubah outlook rupiah.

Penguatan tipis sebenarnya menjadi sinyal rupiah berpeluang melesat lagi di pekan ini. Dilihat pada grafik candle stick harian, badannya (body) kecil di bagian bawah, sementara ekornya (tail) panjang ke atas. Pola tersebut disebut shooting star, dan kerap dijadikan sinyal pembalikan arah atau USD/IDR akan bergerak turun, dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.

Pola yang sama muncul pada Senin pekan lalu, dan rupiah akhirnya membukukan penguatan 0,62% secara mingguan dan menjadi mata uang terbaik kedua di Asia.

Kembali munculnya pola tersebut membuka peluang berlanjutnya penguatan rupiah di pekan ini. Pada bulan April lalu, pola ini juga muncul berkali-kali, hingga rupiah membukukan penguatan lebih dari 9% sepanjang April.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Sementara itu indikator stochastic bergerak turun tetapi masih cukup jauh dari wilayah jenuh jual (oversold), sehingga ruang penguatan rupiah terbuka cukup lebar.

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik naik. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang naik, yang artinya dolar AS berpeluang menguat setelah stochastic mencapai oversold.

Rupiah masih berada di atas support (tahanan bawah) Rp 14.300/US$. Jika support berhasil ditembus, maka target penguatan rupiah selanjutnya di Rp 14.230/US$. Support selanjutnya jika level tersebut dilewati adalah Rp 14.100/US$

Namun, selama tertahan di atas support, rupiah berisiko melemah menguji resisten Rp 14.415/US$. Tekanan bagi rupiah akan semakin besar jika resisten tersebut di lewati, pelemahan bisa menuju ke Rp 14.510/US$

Resisten kuat berada di Rp 14.730/US$ (Fibonnaci Retracement 61,8%), yang bisa menjadi penahan jika rupiah melemah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular