Singapura yang Resesi, Kok Rupiah yang Melemah?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 July 2020 14:03
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (14/7/2020). Resesi yang dialami Singapura menjadi headline perdagangan mata uang hari ini. 

Rupiah mengawali perdagangan dengan stagnan di Rp 14.350/US$, setelahnya rupiah menguat tipis 0,04% ke Rp 14.345/US$ yang sekaligus menjadi level terkuat hari ini. Setelahnya, rupiah malah masuk ke zona merah, berada di level Rp 14.360/US$ atau melemah 0,07% hingga pukul 12:00 WIB di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Pemerintah Singapura pagi tadi melaporkan perekonomian mengalami kontraksi di kuartal II-2020. Tidak tanggung-tanggung produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II-2020 minus 41,2% quarter-on-quarter (QoQ) setelah minus 3,3% di kuartal I-2020. Kontraksi pada periode April-Juni tersebut lebih buruk dari konsensus di Trading Economic sebesar -37,4%.

Sementara secara tahunan atau year-on-year (YoY) PDB minus 12,6%, juga lebih buruk dari konsensus minus 10,5% YoY. Tidak hanya lebih buruk dari konsensus, PDB tersebut juga terburuk sepanjang sejarah Negeri Merlion. Di kuartal I-2020, PDB mengalami kontraksi tipis -0,3% YoY. 

Suatu negara dikatakan mengalami resesi ketika PDB minus dalam 2 kuartal beruntun. Sehingga, Singapura sah mengalami resesi. Terakhir kali Singapura mengalami resesi pada tahun 2008 saat krisis finansial global.

Singapura merupakan mitra strategis Indonesia, sehingga ada kecemasan resesi juga akan datang ke Tanah Air.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat penanaman modal asing (PMA) Singapura sebesar US$ 6,5 miliar, menjadi yang terbesar dibandingkan negara-negara lainnya. Di kuartal I-2020, nilai PMA Singapura juga masih tinggi, sebesar US$ 2,72 miliar, tetapi di kuartal II-2020 mungkin lain ceritanya.

Selain itu, Singapura juga merupakan pasar ekspor non-migas Indonesia, pada periode Januari-April, nilai ekspor non-migas ke sebesar US$ 3,53 miliar, sementara impor US$ 2,94 miliar. Resesi yang dialami Singapura tentunya mengurangi nilai ekspor, begitu juga impor.

Oleh karena itu, perekonomian Indonesia juga diramal akan mengalami kontraksi di kuartal II-2020.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, sebelumnya memperkirakan ekonomi April-Juni akan terkontraksi dalam kisaran -3,5% hingga -5,1%. Agar terhindar dari resesi, PDB perlu tumbuh positif di kuartal III-2020 nanti.

Tetapi, PDB kuartal III-2020 diramal di kisaran -1% sampai 1,2%. Itu artinya risiko resesi tetap ada.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular