Analisis Teknikal

Bayang-bayang Resesi, IHSG Kurang Bergairah di Sesi II

Haryanto, CNBC Indonesia
14 July 2020 13:12
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Jumat 28/2/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Jumat 28/2/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari ini, Selasa (14/7/2020) berhasil masuk zona hijau, setelah perdagangan yang 'bergelombang' antara upaya investor keuntungan dan kekhawatiran kerugian di tengah sentimen yang beragam.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada sesi I nilai transaksi mencapai Rp 3,7 triliun, dengan investor asing jual bersih (net sell) sebesar Rp 19,9 miliar di semua pasar.

Sementara volume transaksi tercatat 5,8 miliar unit saham dengan frekuensi sebanyak 429.116 kali transaksi. Ada 165 saham yang naik, sementara turun 223 saham dan stagnan 157.

Saham-saham yang mengalami kenaikan di antaranya saham PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO) (33,77%), PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) (25,00%), PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) (21,00%), sedangkan PT Diamond Citra Propertindo Tbk (DADA) (14,77%) dan PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) (4,76%).

Saham yang paling banyak dilego asing hari ini adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan jual bersih sebesar Rp 36 miliar dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 27 miliar.

Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing hari ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan beli bersih sebesar Rp 80 miliar dan PT Astra Internasional Tbk (ASII) yang mencatatkan net buy sebesar Rp 13 miliar.

Sentimen positif IHSG hari ini datang setelah Pfizer (PFE) dan BioNTech (BNTX) mengumumkan bahwa dua dari empat kandidat vaksin yang diselidiki perusahaan menerima penetapan Jalur Cepat dari Administrasi Makanan dan Obat (Food and Drug Administration/FDA) AS.

Perusahaan-perusahaan mengatakan mereka berharap untuk memulai tahap uji coba berikutnya segera mungkin di akhir bulan ini dan mengantisipasi dengan mendaftarkan hingga 30.000 subjek.

Sementara sentimen negatif muncul setelah Gubernur California Gavin Newsom menutup kembali aktivitas sosial dan bisnis menyusul lonjakan baru-baru ini dalam kasus coronavirus di negara bagian AS tersebut.

Newsom memerintahkan penutupan seluruh negara bagian atau wilayah California dari semua operasi dalam ruangan di restoran, bar, bioskop, kebun binatang dan museum, dengan bisnis lain seperti gimnasium dan salon rambut.

Kabar buruk juga datang dari negara tetangga Singapura yang secara resmi jatuh ke dalam resesi hari ini.

Secara kuartal ke kuartal (qtq), ekonomi negeri Singa berkontraksi 41,2%. Sementara secara tahunan (YoY), ekonomi minus 12,6%. Ini menjadi angka kuartalan terburuk untuk produk domestik bruto (PDB) negara itu. Bahkan sejak negara itu merdeka sejak 1965.

Hal ini membuat negara itu memasuki resesi untuk pertama kalinya sejak 2009. Resesi sendiri biasanya diartikan sebagai kontraksi berturut-turut dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.

Angka-angka ini lebih buruk daripada yang diperkirakan para pengamat. Sebelumnya dalam pooling Reuters secara kuartalan ekonomi akan minus 37,4% dan dari pooling Bloomberg secara tahunan untuk berkontraksi 11,3%.

Sementara dari bursa saham kawasan Asia lainnya terpantau melemah, Hang Seng Index di Hong Kong turun 1,69%, Nikkei di Jepang terdepresiasi sebesar 0,97%, sedangkan Indeks STI di Singapore terjun 0,60%.

Pada perdagangan sesi II IHSG diperkirakan masih terbatas atau sideways dengan indikator BB yang berada di area pivot dan menyempit.

Simak analisis teknikal di bawah ini.

 

Analisis TeknikalFoto: Revinitif
Analisis Teknikal

 

Analisis Teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG masih bermain di area pivot, dengan garis BB yang menyempit maka, pergerakan selanjutnya cenderung masih terbatas atau sideways.

Untuk melanjutkan penguatan dari sesi sebelumnya, perlu melewati level resistance selanjutnya yang berada di area 5.085 hingga area 5.105. Sementara untuk merubah bias menjadi bearish perlu melewati level support yang berada di area 5.055 hingga area 5.030.

Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang sudah berpotongan di wilayah positif, maka kecenderungan pergerakan untuk koreksi.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 57, setelah menyentuh level 80 yang sekaligus menjadi area jenuh beli atau overbought maka pergerakan cenderung menurun. Namun, garis yang menunjukkan pergerakan naik, artinya tekanan jual dan beli sama-sama kuat, sehingga cenderung untuk sideways.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area pivot, dengan garis BB yang menyempit maka pergerakan selanjutnya cenderung terbatas atau sideways.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular