Internasional

Singapura Resmi Resesi, Kok Bisa?

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
14 July 2020 11:23
(foto:visitsingapore.in)
Foto: visitsingapore.in

Jakarta, CNBC IndonesiaSingapura resmi jatuh ke dalam resesi. Ini terkonfirmasi setelah Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) mengonfirmasi kejatuhan ekonomi di kuartal II-2020 ini.

Secara kuartal ke kuartal (qtq), ekonomi negeri Singa berkontraksi 41,2%. Sementara secara tahunan (YoY), ekonomi minus 12,6%.



Ini menjadi angka kuartalan terburuk untuk produk domestik bruto (PDB) negara itu. Bahkan sejak negara itu merdeka sejak 1965.

Hal ini membuat negara itu memasuki resesi untuk pertama kalinya sejak 2009. Resesi sendiri biasanya diartikan sebagai kontraksi berturut-turut dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.

Angka-angka ini lebih buruk daripada yang diperkirakan para pengamat. Sebelumnya dalam pooling Reuters secara kuartalan ekonomi akan minus 37,4% dan dari pooling Bloomberg secara tahunan berkontraksi 11,3%.

Lalu mengapa ini terjadi?

Sebenarnya Singapura adalah salah satu ekonomi terpandang di dunia. Negara ini dinilai paling terbuka, dan menjadi barometer kesehatan, perdagangan glonbal.

Angka-angka suram ini menunjukkan peringatan bahwa ekonomi global sedang menuju penurunan. Semua terjadi tak lain karena virus corona (Covid-19) yang membuat semi lockdown (circuit breaker) dilakukan negeri itu.



Singapura memberlakukan aturan circuit breaker, dari 7 April hingga 1 Juni. Warga diminta tetap di rumah, tempat kerja ditutup.

Hanya layanan penting seperti pasar, supermarket, klinik, rumah sakit, transportasi dan perbankan yang diperbolehkan buka. Negeri itu sempat bak kota mati.

"Itu angka triwulanan terburuk dalam sejarah Singapura selama 55 tahun," kata ekonom regional CIMB Private Banking Song Seng Wun kepada AFP.

"Tapi itu tidak mengherankan karena intinya adalah bahwa Singapura adalah negara kota kecil, sangat bergantung pada perdagangan barang dan jasa."

Secara rinci, sektor konstruksi di Singapura mengalami kontraksi 95,6% (qtq) dan 54,7% (YoY). Sektor jasa juga menurun 13,6% (YoY) akibat pembatasan perjalanan yang dilakukan, terutama pada pariwisata dan transportasi.

Hanya sektor manufaktur yang meningkat 2,5% di kuartal II ini. Itu karena lonjakan output dalam manufaktur biomedis.

Negara ini bukan tidak melakukan upaya menekan dampak Covid-19. Pemerintah sebelumnya meluncurkan paket stimulus hingga 100 miliar dolar Singapura (US$ 72 miliar.

"Aktivitas domestik memang mulai pulih begitu pembatasan pada pekerjaan dilonggarkan awal Juni,"tulis riset Capital Economic.

"Sementara akan banyak industri terutama pariwisata dan keramahtamahan, yang akan teris mederita."

"Ekonomi harus pulih dengan lebih cepat dari pada kawasan lainnya."

Singapura mencatat 46 ribu kasus corona. Ada 26 orang meninggal sedangkan 42 ribu orang sembuh.

Saat ini hanya ada 3.716 kasus aktif. Kasus Covid-19 tinggi akibat merebaknya penyakit iru di asrama pekerja migran.



(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tok! Singapura Resmi Resesi, Ekonomi Minus 41,2% di Q2

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular