Singapura Resmi Resesi, Begini Arah Gerak IHSG Hari Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Selasa (14/7/2020) diprediksi cenderung bergerak terbatas atau sideways di tengah kabar vaksin virus corona dan juga penutupan kembali aktivitas bisnis di sejumlah negara bagian Amerika Serikat (AS) akibat lonjakan kasus terinfeksi Covid-19.
Sebelumnya, pada perdagangan Senin kemarin (13/7/2020) IHSG ditutup dengan apresiasi sebesar 33,2 poin atau 0,66% pada 5.064,45 ditopang oleh kabar seputar vaksin virus corona remdisivir Gilead.
Berdasarkan catatan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai transaksi pada perdagangan Senin kemarin mencapai Rp 6,27 triliun, investor asing kembali jual bersih (net sell) sebesar Rp 44,1 miliar di pasar reguler dan negosiasi. Ada sebanyak 237 saham yang membukukan kenaikan, sementara sebanyak 183 saham turun dan 147 stagnan.
Saham-saham yang mengalami kenaikan di antaranya saham PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) (33,76%), PT Indika Energy Tbk (INDY) (24,83%), PT Vale Indonesia Tbk (INCO) (7,44%), sedangkan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk (BJBR) (7,39%) dan PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) (6,75%).
Saham yang paling banyak dilego asing kemarin adalah PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) dengan jual bersih sebesar Rp 21 miliar dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 70 miliar.
Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan beli bersih sebesar Rp 38 miliar dan PT Astra Internasional Tbk (ASII) yang mencatatkan net buy sebesar Rp 19 miliar.
Penguatan IHSG ditopang oleh laporan bahwa perusahaan farmasi AS Gilead Sciences (GILD) mengatakan remdesivir menunjukkan penurunan risiko kematian yang tajam ketika digunakan untuk mengobati pasien yang menderita virus corona.
Apresiasi juga terdorong oleh kabar bahwa Menteri Keuangan, Sri Mulyani akan menempatkan dana triliunan tidak hanya ke bank Himbara saja tetapi juga bank swasta dan Bank Pembangunan Daerah guna mendukung likuiditas.
Sementara dari bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang menjadi barometer atau acuan bursa saham global pada penutupan perdagangan Senin kemarin (Selasa pagi waktu Indonesia) bervariatif yang mayoritas terkoreksi.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik tipis 10,5 poin atau 0,04% menjadi 26.085, Nasdaq anjlok 226,60 poin atau 2,1% menjadi 10.390,84, sementara indeks S&P 500 juga merosot 29,82 poin atau 0,9% menjadi 3.155,22.
Penurunan dua indeks utama Wall Street terdorong oleh turunnya saham-saham sektor teknologi seperti Netflix (NFLX), Amazon (AMZN) dan Facebook (FB) menunjukkan penurunan substansial setelah mencapai rekor baru intraday high.
Pada catatan pukul 07:40 WIB, kontrak berjangka (futures) indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,29% pada 26.044, sedangkan S&P 500 menguat 0,24% menjadi 3.155 dan Nasdaq Composite 100 melambung 0,47% pada 10.649.
Pada perdagangan pagi ini Selasa (14/7/2020) lonjakan bursa Wall Street kontrak berjangka (futures) kemungkinan menjadi daya dorong IHSG untuk tetap di teritori positif.
Dari Asia Tenggara, Singapura resmi masuk ke jurang resesi. Data yang ditunjukkan Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) Singapura, mengonfirmasi hal ini, Selasa (13/7/2020) pagi waktu setempat.
Ekonomi Singapura mengalami kontraksi 41,2% di kuartal-II 2020 jika dibandingkan dengan kuartal-I 2020 (qtq). Ini lebih dalam dari survei Reuters 37,4%
![]() Analisis Teknikal |
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area pivot, dengan garis BB yang semakin menyempit maka, pergerakan selanjutnya diperkirakan masih terbatas atau sideways.
Untuk melanjutkan penguatan dari sesi sebelumnya, perlu melewati level resistance selanjutnya yang berada di area 5.085 hingga area 5.135. Sementara untuk merubah bias menjadi bearish perlu melewati level support yang berada di area 5.035 hingga area 4.985.
Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang mencoba berpotongan ke atasa di wilayah positif, maka kecenderungan pergerakan untuk naik atau menguat.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 60, setelah menyentuh level 80 yang sekaligus menjadi area jenuh beli atau overbought maka pergerakan cenderung menurun. Namun, garis yang menunjukkan pergerakan naik, artinya tekanan jual dan beli sama-sama kuat, sehingga cenderung untuk sideways.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area pivot, dengan garis BB yang semakin menyempit maka pergerakan selanjutnya cenderung terbatas atau sideways.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
