Corona Merajalela, Rupiah Sulit Perkasa

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 July 2020 09:16
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang semakin mengkhawatirkan membuat pelaku pasar menjaga jarak dari aset-aset berisiko.

Pada Selasa (14/7/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.350 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya atau stagnan.

Namun tidak butuh waktu lama bagi rupiah untuk melemah. Pada pukul 09:10 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.360 di mana rupiah melemah 0,07%.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan penguatan tipis 0,07%. Rupiah berhasil finis di zona hijau setelah hampir seharian menghabiskan waktu di jalur merah.

Namun hari ini sepertinya akan sulit bagi rupiah mengalami pencapaian yang sama. Pasalnya, sentimen yang beredar di pasar keuangan dunia sedang negatif.

Kabar yang menciutkan nyali investor apa lagi kalau bukan soal penyebaran virus corona. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan jumlah pasien positif corona per 13 Juli adalah 12.768.307 orang. Bertambah 215.539 orang (1,72%) dibandingkan hari sebelumnya.

Dalam lima hari terakhir, tambahan pasien positif corona selalu lebih dari 200.000 per hari. Ini membuat kurva kasus corona dunia tidak lagi melandai, tetapi melengkung ke atas.

Lonjakan kasus corona terjadi di berbagai negara, paling mencolok adalah AS. Maklum, Negeri Paman Sam adalah negara dengan kasus corona terbanyak di dunia.

Per 13 Juli, jumlah pasien positif corona di AS adalah 3.296.599 orang. Bertambah 60.496 orang (1,87%) dibandingkan hari sebelumnya.

Dalam tiga hari terakhir, pasien baru bertambah lebih dari 60.000 dalam sehari. Lagi-lagi kurva kasus corona di AS semakin mengangkasa.

Kenaikan kasus corona membuat semakin banyak negara bagian kembali menutup 'keran' aktivitas masyarakat. Terbaru adalah Negara Bagian California.

Gubernur California Gavin Newsom memerintahkan seluruh restoran, bar, bioskop, kebun binatang, dan museum ditutup kembali. Bahkan di kota-kota yang berstatus zona merah, pusat kebugaran, gereja, dan salon juga tidak boleh beroperasi selama sebulan ke depan.

"Kita harus menyadari bahwa Covid-19 tidak akan hilang dalam waktu dekat. Sampai ada vaksin atau terapi yang efektif, kita harus waspada," tegas Newsom, yang berasal dari kubu oposisi Partai Demokrat, seperti dikutip dari Reuters.

Murid-murid juga terpaksa harus kembali belajar di rumah. Meski berat, tetapi ini harus dilakukan untuk menyelamatnya nyawa.

"Menghadapi lonjakan kasus corona dan minimnya pendanaan dari pemerintah untuk membuka sekolah secara sama, tidak ada pilihan lain. Kita tidak bisa membuat ribuan nyawa dalam bahaya," bunyi keterangan tertulis Persatuan Guru Los Angeles, seperti diwartakan Reuters.

Pandemi virus corona yang kembali menggila membuat aktivitas ekonomi di berbagai negara lagi-lagi harus ditutup. Pada April-Mei, kala kasus corona melandai, ada harapan ekonomi bisa bangkit pada paruh kedua 2020 seiring pembukaan kembali (reopening) kegiatan publik.

Namun sekarang tren yang ada malah reclosing, aktivitas ditutup lagi. Ketika semakin banyak negara yang menutup kembali aktivitas masyarakat, roda ekonomi bakal macet lagi. Harapan pemulihan ekonomi jadi samar-samar, tidak ada yang jelas selagi virus corona belum ada vaksin atau obatnya.

Situasi seperti ini tentu membuat investor tidak nyaman. Aset-aset aman kembali menjadi pilihan, salah satunya adalah dolar AS.

Pada pukul 08:08 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang dunia) menguat 0,1%. Keperkasaan dolar membuat mata uang lainnya tidak punya ruang untuk menguat, termasuk rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar AS Balas Dendam, Rupiah Dibikin KO Hari Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular