
Mengapa WHO Meminta Banyak Negara Lockdown Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengeluarkan pernyataan yang meminta sejumlah negara kembali menerapkan penguncian (lockdown). Kenaikan kasus harian global Covid-19 yang kian tak terbendung menjadi penyebab.
Ketua WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa lebih dari setengah dari semua kasus yang tercatat sejak virus corona baru pertama kali muncul di Cina akhir tahun lalu terdaftar pada Juni. Bahkan kasus harian melonjak melebihi 160 ribu setiap hari.
"Selama seminggu terakhir, jumlah kasus baru telah melebihi 160 ribu pada setiap hari. Sekitar 60% dari semua kasus sejauh ini telah dilaporkan hanya dalam sebulan terakhir," katanya dikutip dari CNA dikutip Jumat (3/7/2020).
Data dari badan kesehatan PBB menunjukkan bahwa jumlah tertinggi kasus Covid-19 harian pernah tercatat terjadi pada 28 Juni. Ketika itu lebih dari 189.500 kasus baru terdaftar di seluruh dunia.
Sebelum 25 Juni, kasus harian hanya melampaui 160.000 dua kali. Sementara kasus harian tidak melewati angka 100.000 hingga 18 Mei.
WHO memperingatkan bahwa wabah ini belum berakhir dan memperingatkan agar tetap menjaga jarak dan kesehatan. Tedros menegaskan bahwa mengambil pendekatan komprehensif adalah cara terbaik untuk mengendalikan virus.
Melalui Kepala Unit Penyakit dan Zoonosis WHO Dr Maria Van Kerkhove, sejumlah negara yang berhasil menahan laju pandemi corona mengalami serangan baru virus saat pembukaan kembali. Namun sayangnya, WHO tak tegas menyebut negara mana saja yang harus melakukan lockdown.
"Beberapa negara yang telah berhasil menekan transmisi dan buka kembali, sekarang mungkin mengalami kemunduran," ujarnya ditulis CNBC International.
"(Pemerintah negara itu) mungkin harus melakukan intervensi lagi, Mungkin harus melakukan apa yang kita sebut "lockdown" lagi."
Ia pun mengatakan, hanya ada beberapa negara yang mampu merespon perkembangan sekarang ini dengan efektif. Negara itu, kata dia, sebelumnya memiliki pengalaman buruk dengan virus sebelumnya yakni SARS di 2003 dan MERS di 2013.
Namun di sejumlah negara, pembukaan kembali membuat kasus terlihat menjadi sangat luar biasa. Karenanya ia meminta pemimpin negara segera mengambil alih, untuk menuntaskan masalah ini.
"Belum terlambat untuk membalikkan keadaan," katanya mengingatkan.
"Kami melihat negara-negara yang berada dalam situasi luar biasa bisa membalikkan keadaan ... Belum terlambat menggunakan pendekatan komprehensif ini."
Sejumlah media asing mengaitkan ini dengan AS. Saat ini Amerika Serikat (AS) memiliki kasus Covid-19 terbanyak di dunia, dengan total kasus lebih dari 2,8 juta orang.
Negara ini melaporkan hampir 53 ribu kasus pada Kamis kemarin. Sebanyak 679 orang meninggal dan menjadikan total kematian menjadi 131.477 orang.
![]() Warga Amerika Serikat berjalan-jalan di Pantai Huntington, California, meski sedang terjadi wabah virus corona. AP/Marcio Jose Sanchez |
Berbeda dari kasus sebelumnya, di mana hotspot berada di Washington dan negara harian di Timur Laut, kini negara bagian di Selatan dan Barat jadi episentrum penyebaran. Sekitar 50% kasus datang dari empat negara bagian, Florida, California, Texas dan Arizona.
Selain AS, Brasil, Rusia, India, Inggris juga menjadi lima besar negara dengan kasus terbanyak saat ini. Total kasus Covid-19 global hampir menembus 11 juta.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Terbaru, WHO Minta Negara Lockdown Lagi