
Virus Corona Menyebar di Udara, Rupiah Tak Kuasa Melemah

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah akhirnya melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (10/7/2020), menghentikan kinerja positif sejak awal pekan. Sentimen pelaku pasar yang memburuk akibat adanya risiko penyebaran virus corona lewat udara membuat rupiah akhirnya terkapar.
Berdasarkan data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.325/US$, tetapi tidak lama langsung masuk ke zona merah. Depresiasi rupiah semakin membengkak hingga 0,8% ke Rp 14.440/US$. Tetapi di akhir perdagangan rupiah berhasil memangkas pelemahan ke Rp 14.360/US$, melemah 0,24% di pasar spot.
Mayoritas mata uang utama Asia melemah melawan dolar AS hari ini tetapi rupiah bukan yang terburuk. Won Korea Selatan menjadi yang terburuk dengan pelemahan 0,36%, sementara yen Jepang menjadi satu-satunya mata uang yang menguat.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 15:25 WIB.
Sebelum melemah hari ini, rupiah mencatat penguatan 4 haru beruntun, mendapat tenaga setelah Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo pada Senin sore meredam ekspektasi kenaikan inflasi akibat rencana pembelian obligasi pemerintah dengan zero coupon dalam skema "burden sharing" guna menanggulangi virus corona dan membangkitkan lagi perekonomian.
Perry saat mengadakan konferensi pers bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan telah mengkalkulasi kebijakan tersebut dan hasilnya dampak ke inflasi diperkirakan tidak akan besar.
Inflasi yang tinggi membuat real return investasi di dalam negeri menjadi menurun, sehingga tidak menarik bagi investor asing.
Selain itu BI Selasa pagi melaporkan cadangan devisa di bulan Juni sebesar US$ 131,7 miliar, naik US$ 1.2 miliar pada akhir Mei.
Kenaikan cadangan devisa tersebut tentunya membuat amunisi BI untuk menstabilkan rupiah jika mengalami gejolak menjadi lebih besar. Sehingga investor lebih nyaman mengalirkan modalnya ke dalam negeri.
